36. Time Has Brought Your Heart

17 2 0
                                    

•••

Di Januari yang basah.

Satu bulan setelah kejadian. Kafiel dibawa kembali ke rumah. Sengaja Daffindra menahan anaknya itu lebih lama di rumah sakit, pasalnya Kafiel yang keras kepala itu tidak akan mendengarkan siapapun.

Perawatan diberikan semaksimal mungkin. Dalam waktu dekat Kafiel harus sembuh. Begitu pinta Daffindra pada dokter yang merawat anaknya.

Kafiel mengalami cedera ortopedi yang ekstrim. Ia mengalami kondisi patah tulang yang mempengaruhi bagian atas dan bawah tulang tibia dan fibula.

Para dokter yang menangani Kafiel juga melakukan operasi pelepasan penutup otot yang mengurangi tekanan akibat pembengkakan.

Sebenarnya, dokter sudah mengatakan bahwa kecil kemungkinan Kafiel sembuh dalam jangka waktu normal. Tetapi Daffindra bersikeras ingin membuat anaknya sembuh lebih cepat.

Dan sekarang,

Kafiel tidak berniat melakukan apapun, selain memandangi gorden berwarna hitam yang menjadi warna kesukaan Aya. Sengaja diganti, sebab ia merindukan gadis itu.

Perlu kalian ketahui, pertunanganannya batal. Ia yang meminta pada Daffindra, sang ayah menuruti keinginannya tanpa perlawanan. Tanya juga setuju, melihat kondisi Kafiel saat ini pasti lelaki itu butuh banyak waktu untuk istirahat.

"Kaf, cita-cita gue diganti. Gue pengen jadi Dokter aja, biar bisa ngerawat lo sepanjang tahun."

"Mana ada orang yang mau sama laki-laki cacat yang nggak bisa jalan."

"Kaf...."

"Omong kosong, Tan. Gue bahkan gak bisa jagain diri sendiri lagi."

"Gue bisa jagain lo! Jangan ngomong yang aneh-aneh deh!" Gadis itu mencubit pipi Kafiel dan menuntun wajah itu agar menghadapnya.

Iya, Kafiel saat ini memang bersama Tanya. Sudah dua jam malah, rasanya paha Tanya sudah pegal karena kepala Kafiel yang berat bertumpu di sana.

Sebenarnya ia senang, namun juga terasa membosankan kalau ia hanya memandangi Kafiel yang sibuk melihat gorden. Entah apa yang ada di pikiran lelaki itu, ia tidak tahu. Yang jelas, ia butuh dukungan lebih.

"Lo harusnya belajar buat masuk perguruan tinggi. Bukan malah disini."

Tanya menghela napas samar, sedikit meniup dahi laki-laki tampan tersebut. Membuat Kafiel geli sendiri dan menutup wajahnya dengan selimut.

"Gila?"

"Iya."

"Jangan begini terus, Tan. Katanya mau masuk universitas bagus!"

"Gue mau bareng lo! Jadi nunda satu tahun dulu."

"Emang gue bilang mau nunda?"

"Gue denger pembicaraan Papa sama Om Daffindra."

"Oh pinter nguping pembicaraan orang tua ya sekarang."

"Terserah gue lah!"

"Udah sana pulang! Nempel mulu kek perangko!"

"Makanya nikahin gue. Biar bisa terus deket-deket."

"Lo jelek!"

"Ih!"

Kafiel butuh banyak waktu untuk menyembuhkan luka di hatinya. Lebih-lebih kecelakaan satu bulan yang lalu membuatnya menjadi seperti seorang pengecut, ia tidak bisa melakukan apapun. Rasanya ia ingin mati saja, rindunya pada Aya mengikis hatinya perlahan-lahan.

Butuh waktu lama untuk mengambalikan perasaannya agar kembali utuh menjadi miliknya. Membuat hatinya kosong tanpa Aya kini menjadi salah satu impiannya.

The Crown || Lee Jeno [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang