Chapter 46 | Be Like You

146 10 0
                                    

~Walls~

Louis Tomlinson

.

.

.

'For evry question 'why', you were my ' because'.'

________________________

________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


New York City-USA

Setelah beberapa menit naik kereta dan melanjutkannya dengan taxi, Carla dan Theo berhasil sampai di New York. Atau lebih tepatnya rumah sederhana milik Carla yang sudah cukup lama tidak ditempati oleh siapa pun setelah banyak hal terjadi. Karena tidak mungkin bagi Carla dan Theo untuk kembali ke apartemen tua yang sudah hancur. Belum lagi berurusan dengan beberapa pihak.

"Aku rasa nanti pagi harus membersihkan rumah ini karena cukup berdebu," kata Carla saat sudah berada di dalam rumah sederhananya. Carla melangkah masuk ke dalam kamar miliknya yang sudah cukup lama tidak ia tempati. Tangannya menyalahkan lampu agar mempermudahkan penglihatannya.

"Ini kamarku," ujar Carla memberi tahu Theo yang baru menyusulnya.

"Ada sesuatu yang kau butuhkan?" tanya Carla dan menaruh tas ransel di dekat meja yang ada di dalam kamarnya. Theo menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban kalau pria itu tidak membutuhkan apa-apa.

"Aku hanya butuh istirahat untuk memulai esok hari," kata Theo dan membuang tubuhnya ke atas kasur empuk milik Carla. Bibir Carla tersenyum kecil dan segera menyusul Theo naik ke atas kasur. Tubuhnya bergerak untuk masuk ke dalam pelukan pria itu. Hangat dan rasa nyaman yang hanya bisa Carla rasakan.

"Besok, kau akan melakukan apa?" tanya Carla sambil terus membenamkan wajah dalam dada bidang milik Theo.

"Memberi hal yang tidak bisa Feliks lupakan, lalu menemui Issac Adrion," balas Theo langsung pada intinya. Carla mendengakan kepalanya untuk menatap wajah Theo. Keningnya mengernyit saat tidak ada dirinya dalam rencana pria itu untuk esok hari.

"Lalu aku? Kau tidak mengajakku?" tanya Carla.

"Terlalu berbahaya. Kau tunggu aku saja," ujar Theo.

"Apa?! Tidak! Aku tidak ingin!" protes Carla. Tangannya melepaskan pelukannya dari tubuh Theo. Ia tidak ingin hanya diam dan membiarkan Theo melangkah menghampiri maut. Bagaimana jika pria itu meninggalkannya? Carla takut jika Theo meninggalkannya seperti yang lainnya.

"Itu yang terbaik," kata Theo berusaha membuat Carla mengerti.

"Tapi aku punya ide yang lebih baik dan mempersingkat waktu," ujar Carla.

"Seperti apa? Perasaanku mengatakan kalau yang ada di dalam kepalamu itu tidaklah baik," kata Theo merasa ide yang akan diberikan oleh Carla adalah ide yang buruk. Theo tidak yakin dengan wanita itu. Dirinya tidak ingin membuat Carla dalam bahaya. Theo takut Carla akan terluka bersamanya. Theo takut dirinya akan melukai wanita itu.

Dancing With The Devil | END (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang