Chapter 22 | I Got You

199 12 0
                                    

~Copycat~

Billie Eilish

.

.

.

'Sesuatu tidak pernah ada yang benar.'

____________________

"Waktunya!" titah Demitrius kepada yang lainnya untuk segera merusuhkan keadaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Waktunya!" titah Demitrius kepada yang lainnya untuk segera merusuhkan keadaan. Beberapa detik kemudian, suara tembakan sudah terdengar dan hal tersebut membuat panik orang-orang yang berada di dalam club.

"Kau bisa mencari Nelson seorang diri, Issak," kata Demitrius memberi lampu hijau kepada Issak Adrion. Setelah melepas semuanya, Demitrius melangkah mencari keberadaan Queenie. Semua ruangan yang ada, ia periksa. Bahkan sekali pun toilet wanita.

Tangan Demitrius mendorong paksa perempuan berambut pirang yang sedang menyelamatkan diri. Tangan Demitrius berada di leher wanita itu untuk menahan agar wanita pirang itu tidak melawan.

"Kau bekerja di sini?" tanya Demitrius tajam.

"Y-yeah," jawabnya sulit karena tangan Demitrius hampir mencekik lehernya.

"Aku mencari wanita berambut coklat gelap. Panjang rambutnya sebahu. Matanya berwarna coklat indah. Matanya terlihat sembab bahkan sedikit membengkak. Dia baru di sini. Kau tahu dimana keberadaannya?" tanya Demitrius dan memberi ciri-ciri Queenie.

"Jawab!" bentak Demitrius karena wanita di hadapannya hanya diam.

"D-dia ada di ruang khusus. Tempatnya tak jauh dari toilet wanita," jawab wanita itu terbata-bata sembari menunjukan arah yang dimaksudnya kepada Demitrius. Karena sudah mendapatkan apa yang diinginkannya, Demitrius melepaskan wanita tersebut dan keluar dari toilet wanita, lalu segera menuju ke ruangan yang tadi ditunjukan.

Demitrius berjalan cepat melalui orang-orang yang sibuk berlalu lalang menyelamatkan diri masing-masing. Tatapannya menajam dan langsung membuka pintu ruangan yang tadi dimaksud oleh wanita pirang. Pencahayaan tidak begitu jelas kala pintu sudah terbuka lebar. Namun suara bisak-bisik menuntun Demitrius untuk masuk dan berjalan semakin jauh.

Dalam ruangan yang minim pencahayaan itu tersedia satu ruangan lagi. Tanpa basa-basi dan membuang-buang waktui, Demitrius langsung membuka pintu tersebut dengan sebelah tangan yang siap menarik pelatuk pistol.

Pintu terbuka, membuat suasana menjadi hening. Pencahayaan juga lebih terang dan jelas di ruangan ini. Kehadiran Demitrius disambut beberapa wanita berpakaian minim dengan riasan wajah yang tebal. Semua mata memandang kehadirannya. Berbagai tatapan ditunjukan untuknya. Tatapan pujian, menggoda, hingga cemas. Namun Demitrius tidak terlalu memperdulikan hal tersebut.

Dancing With The Devil | END (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang