Chapter 4 | Fakta Menyakitkan

448 20 0
                                    

~Minor~

Gracie Abrams

.

.

.

'It's okay. Kau bisa menangis. Itu hal yang wajar.'

______________________

"Bagaimana?" tanya Queenie sembari melangkah menghampiri Agnes yang berdiri di depan pintu ruang IGD

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana?" tanya Queenie sembari melangkah menghampiri Agnes yang berdiri di depan pintu ruang IGD. "Kenapa kau lama sekali?" heran Agnes karena Queenie menyusulnya begitu lama. Melihat tas yang dibawa Queenie berjumlah satu dan hanya berukuran sedang, seharusnya sepupunya itu bisa datang lebih cepat.

"Tadi aku mengambil laptop terlebih dahulu. Karena tempat lokasi perbaikannya tidak begitu jauh dan searah," jawab Queenie. Mendengar itu, Agnes menganggukkan kepalanya pelan atas jawaban Queenie. Dibanding Queenie, wajah Agnes jauh lebih cemas. Queenie terlihat biasa saja dan hal itu membuat Agnes heran. Tapi Agnes memilih untuk terus menutup mulutnya dan enggan mempermasalahkan ekspresi sepupunya.

"Apa kata Dokter?" ucap Queenie kembali bertanya kepada Agnes.

"Belum tahu. Bibi masih diperiksa dan aku tidak diperbolehkan masuk. Tapi katanya hasil pasti pemeriksaan akan keluar malam ini," jawab Agnes.

"Biaya administrasi? Apa sudah diselesaikan?" tanya Queenie.

"Tentu saja belum! Mungkin jika Bibi sudah mendapatkan ruang rawat, bagian administrasi akan menanyakannya," balas Agnes. Queenie menganggukan kepalanya mengerti. Queenie berdoa dalam hati agar biaya yang harus ditanggungnya tidak begitu mahal. "Mungkin nanti biayanya akan disatukan dengan obat-obatan yang dibutuhkan," lanjut Agnes kepada Queenie yang setia membisu.

Melihat Queenie terdiam tanpa suara membuat Agnes ikut menutup mulutnya rapat-rapat. Suasana memang menjadi hening diantara keduanya, tapi tidak dengan isi kepala Agnes. Dalam pikirannya banyak sekali pertanyaan yang ingin ia tanyakan kepada Queenie. Tapi melihat keadaan, Agnes lebih memilih menanyakan pertanyaan yang ringan saja agar tidak menambah beban pikiran sepupunya itu.

"Apa yang akan kau lakukan dengan laptop yang baru diperbaiki itu?" tanya Agnes.

"Memanfaatkannya menjadi uang," balas Queenie acuh.

"Bagaimana bisa?" tanya Agnes sekedar ingin menjalin obarolan bersama Queenie.

"Membobol bank mungkin," jawab Queenie asal.

"Aku serius Queen!" kesal Agnes membuat Queenie terkekeh pelan.

"Aku tidak tahu pasti, Agnes. Tapi aku akan usahakan mendapatkan uang melalui keahlianku," jelas Queenie mengakhiri percakapan. Suasana kembali sunyi. Hanya suara keramaian Rumah Sakit yang terdengar jelas. Queenie melirik jam tangan yang ada di pergelangan tangan Agnes. Waktu sudah menunjukan pukul lima sore. Waktu yang tepat untuk menonton acara televisi sebenarnya.

Dancing With The Devil | END (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang