Chapter 53 | Best Fucking Friend

172 8 0
                                    

~The Way I Am~

Charlie Puth

.

.

.

'Pada akhirnya, janji hanyalah sebuah perkataan. Tidak bermakna apa pun.'

______________________

Carla meman dang dirinya dalam pantulan cermin yang retak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Carla meman dang dirinya dalam pantulan cermin yang retak. Menatap dalam mata sayunya yang terlihat lelah dan hampa. Tangannya bergerak memegang cermin yang retak itu. Jarinya mengelus pelan pantulan wajahnya dalam cermin itu. Air matanya jatuh. Mengasihani dirinya sendiri atas segala hal yang terjadi. Bukan. Dalam cermin itu bukan Carla yang dikenalnya. Bukan Carla yang tetap tegar. Itu Queenie. Dalam cermin itu Queenie. Queenie yang selalu kehilangan, bodoh, dan lugu.

Carla mengelus pelan perutnya yang masih terlihat rata. Apa janin di dalam perutnya bisa merasakan kesedihan dan lukanya? Calon anaknya ini tidak pantas merasakan derita apa yang dirasakannya. Carla harus memastikan janinnya baik-baik saja walau semuanya tidak terasa baik-baik saja. Mungkin Theo tidak akan kembali, namun bukan berarti Carla tidak menginginkan janin ini. Ia akan mempertahankannya! Jika Theo tidak ingin kembali, maka ia yang akan menghampiri pria itu. Mengambil kembali miliknya, tidak peduli apa pun rintangannya. Carla bukanlah Queenie yang terus ikhlas melepas segalanya yang ingin dan sudah pergi. Carla akan merebut dan mempertahankan miliknya!

"We'll be alright, my love," ujarnya pelan sembari terus mengelus perutnya. Bibirnya berusaha tersenyum. Memulai hari yang baru dan mencoba melupakan apa yang terjadi, lalu tidak lagi menoleh ke belakang. Biar yang sebelumnya terjadi begitu menyedihkan. Kali ini tidak ada lagi pengorbanan untuk kebahagiaan yang semu.

Carla mengambil gunting yang tergeletak di atas lantai. Tanpa basa-basi ia langsung memotong rambut coklat pajangnya menjadi sependek bahunya. Carla berusaha tersenyum walau matanya terus mengeluarkan air mata. Ia berusaha menghilangkan kenangan manis yang terbayang di dalam kepalanya. Sebentar lagi semua bayangan indah itu akan kembali padanya. Carla berjanji untuk bahagia apa pun caranya.

"Menangislah jika memang kau ingin menangis," kata Carla pada dirinya sendiri yang berada di dalam cermin. "Tapi berjanjilah untuk tetap kuat. Berjanjilah untuk tidak menyerah sampai kapan pun. Dan berjanjilah untuk tetap berusaha," sambungnya dan menarik panjang napasnya agar menenangkan dirinya.

"Kita akan bahagia, tidak akan sendirian dan kesepian. Tidak akan sendirian dan kesepian kembali...." lanjutnya dan semakin membuat matanya mengeluarkan air mata. Dadanya sesak kala mengingat janji yang dulu diucapkan Theo. Bukankah Theo pernah berjanji kalau ia akan selalu bersama pria itu. Tapi nyatanya tidak. Pada akhirnya, janji hanyalah sebuah perkataan. Tidak bermakna apa pun.

Dancing With The Devil | END (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang