Chapter 54 | Better Without Me

212 11 0
                                    

~When You're Gone~

Avril Lavigne

.

.

.

'Hilangkah? Sudah hilangkah cintamu untukku? Sudah musnahkan cinta itu?'

_____________________

"Bukankah ini arah yang berbeda? Setahuku tidak melewati jalan ini untuk menuju markas terbesar milik Feliks," ujar Carla kepada Leo yang terus melangkahkan kakinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bukankah ini arah yang berbeda? Setahuku tidak melewati jalan ini untuk menuju markas terbesar milik Feliks," ujar Carla kepada Leo yang terus melangkahkan kakinya. Mendengar perkataan itu, Leo tersenyum. Tangannya bergerak untuk merangkul bahu Carla agar mendekat. "Kau belum tahu? Markas itu sudah hancur, atau tepatnya dihancurkan," ujar Leo memberi tahu Carla.

"Kau ingin tahu siapa yang melakukanny?" tawar Leo, namun Carla menggelengkan kepalanya, memberi tanda kalau dirinya tidak ingin tahu siapa yang melakukannya. Atau lebih tepatnya ia sudah tahu siapa yang melakukannya. Memang siapa lagi kalau bukan Theo? Atau mungkin Demitrius-nama yang lebih dikenal dalam hal brutal.

"Demitrius," ujar Leo walau Carla sudah menolak untuk mengetahui. Sebagai respon balasan, Carla hanya bisa menganggukan pelan kepalanya. Tidak samapai di situ, Leo kembali berbicara melanjutkan ucapannya. "Pria itu maniak. Bagaimana bisa dia menghancurkan markas terbesar milik Feliks? Tidak usah heran, Demitrius memang berbahaya," kata Leo.

"Bagiku dia pria baik. Andai kau bisa mengenalnya dalam kondisi baik," ujar Carla tidak menyetujui apa yang sebelumnya Leo katakan. Sepasang mata coklatnya menatap lurus. Bibirnya tersenyum manis kala mengingat kenangan indah yang Theo tinggalkan dalam ingatannya. "Tapi bukan berarti orang baik tidak menyakiti.... Benar bukan?" sambungnya dan berusaha menghilangkan kenangan manis dari ingatannya.

"Ya, kau benar. Tindakannya begitu merugikan Feliks. Mau tidak mau, Feliks harus membangun penyimpanan yang lebih tertutup agar tidak ada yang bisa mengetahuinya. Hebatnya dia memintaku untuk menjaga tempat tersebut. Dia memberikan kuncinya padaku! Hebat bukan?" ujar Leo senang, namun kesenangan Leo membuat Carla khawatir. Bukan apa-apa, tapi mengingat Feliks lah yang dihadapi. Pria itu licik.

"Ingatlah Leo, dia pria licik dan picik. Dia bisa menjangkaumu. Dia bisa melakukan apa pun untuk mendapatkan apa yang dia mau. Memutarkan segala fakta untuk tetap terlihat benar. Melakukan apa pun untuk tetap mempertahankan posisinya," ucap Carla memberi tahu. Ia tidak ingin Leo celaka. Carla peduli pada Leo. Ia tidak ingin pria itu celaka.

"Tenang saja. Aku akan baik-baik saja," balas Leo berharap Carla tidak perlu khawatir dengannya.

"Kenapa tidak tingggalkan semua ini Leo? Bukankah ini terlalu bahaya?" heran Carla. Bukannya menyetujui ucapan Carla, Leo malah terkekeh. Kepalanya menggeleng pelan, dan Carla tahu jika dalam lubuk hati terdalam, Leo juga ingin melepas semua yang sudah ia jalankan selama ini. Itu semua terlihat jelas dari binar pada kedua bola matanya.

Dancing With The Devil | END (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang