Perempuan seringkali dianggap makhluk yang lemah, padahal sebenarnya dia lebih kuat daripada laki-laki. Dalam sejarah hidup manusia banyak dikisahkan pemimpin pria yang justru takluk di bawah kendali perempuan. Banyak juga yang akhirnya gagal memimpin karena –lagi-lagi—perempuan.
Jadi, jangan remehkan kekuatan perempuan. Aku pernah membaca bahwa perempuan itu lebih kebal terhadap stres. Buktinya, dari sumber yang kubaca, tingkat bunuh diri pria tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.
Jika seorang perempuan sudah bertekad untuk memperjuangkan sesuatu, maka segala macam cara bisa dia lakukan. Mungkin seperti yang dilakukan Ariana kali ini. Meskipun aku tak tahu motivasi apa yang menyebabkannya membuang surat permohonan dari SMA Pelita Gunungkidul untuk mengisi kegiatan ulang tahun sekolah mereka. Mungkinkah bentuk perjuangannya untuk menjegal langkahku di Novelaku? Entahlah.
Mas Slamet yang menemukan surat itu ketika ia membuang sampah dari ruangan Arini. Surat itu sudah kusut, untungnya bagian isinya masih bisa dibaca meskipun tak lagi utuh. Dan bagusnya lagi, Mas Slamet yang sering kujadikan sebagai objek foto itu membawa surat itu kepadaku yang saat itu tengah berada di ruangan Prahara.
Meskipun yang empunya ruang tidak mesti di kantor, atas perintahnya, lebih dari seminggu ini aku lebih banyak berada di ruangannya. Katanya aku belum sehat betul jadi tidak boleh terlalu banyak bergerak. Makan harus teratur. Dan ia bisa mengawasiku kalau aku stand by di ruangannya. Iyalah, di sini kan ada ada cctv yang bisa dia pantau dari mana pun. Pernah aku sedikit terlambat makan karena asyik mengedit foto-foto untuk Om Moyo, dia langsung meneleponku dan menyuruhku segera makan. Yah, se-over protective itu dia. Dipikirnya aku Ami, apa. Padahal kemarin dulu itu kan aku cuma masuk angin. Habis dikerok dan minum wedang ronde, sembuh kok.
Efeknya saja yang masih berlanjut hingga hari ini, seminggu lebih setelah kejadian aku sakit itu. Apa lagi jika bukan Prahara yang makin suka nemplok. Di rumah, saat aku ngelonin Ami, tiba-tiba dia nyusul, Awalnya sih di dekat Ami. Tetapi, ketika Ami sudah pulas, di pindah ke belakangku kalau aku tak segera pergi dari kamar itu.
Kali lain, dia akan tiba-tiba nyusul ke kamarku dan tidur sampai pagi di sana. Mana suka peluk-peluk dari belakang lagi, Belum lagi rambut halusnya yang menyentuh leherku. Bikin mules-mules gimana, gitu.
Sering juga, ndusel di sofa bertiga. Padahal biasanya juga dia jaga jarak. Ami yang tidak merasakan keanehan tingkah papanya malah tertawa kegirangan karena sekarang kami seperti sebuah keluarga utuh yang bahagia.
Kembali ke surat yang terbuang tadi, karena waktunya ternyata masih memungkinkan, aku segera menghubungi pihak sekolah dan menyatakan persetujuanku untuk mengisi kegiatan ulang tahun sekolah. Intinya, mereka meminta narasumber dari kantor kami untuk mengisi tentang kegiatan kepenulisan. Bisa puisi, cerpen, ataupun novel. Aku memilih novel karena sumber daya kami di bidang kepenulisan novel cukup berlimpah. Sekalian untuk mempromosikan Novelaku, dong. Aku bahkan membujuk Prahara untuk mau datang mengisi kegiatan tersebut.
Acara berlangsung dengan meriah. Rupanya sekolah ini merupakan sekolah literat yang tengah menggalakkan kegiatan literasi di sekolah mereka. Banyak di antara mereka yang menjadi fans-nya Prahara dan menyambut kehadirannya dengan banner besar. Yap, ini efek Rhein's Romance juga kupikir. Jadi, mereka yang awalnya tidak membaca bukunya, kemungkinan membaca setelah nonton film-nya. Dan seperti aku, mereka pun kemungkinan jatuh cinta dengan cara Prahara menyajikan alur dalam kalimat-kalimat khas yang melenakan.
Namun sayang, setelah memberikan sambutan, dia harus kembali ke kantor. Sedari awal memang dia diplot hanya untuk memberikan pengantar saja. Yang mengisi materi adalah Alea, penulis muda yang juga alumni sekolah tersebut. Namun, telepon yang katanya penting dari kantor membuatnya harus pulang terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prahara's Secret Wife
RomanceDidi bisa menerima kalau Laras, saudara kembarnya berpacaran dengan Kemal, sahabat sekaligus cinta pertamanya. Sudah biasa jika ia mesti mengalah pada Laras yang fisiknya lebih lemah dibandingkan dengannya. Namun, bisakah dia menerima takdir bahwa i...