"Tiga puluh tahun lalu, Mami adalah seorang mahasiswa ISI jurusan Seni Tari." Mami mengawali ceritanya. Itu berarti ketika Mami berusia 20-an.
"Mami sering diminta menari di istana, di depan para tamu pejabat. Dari situ, Mami kenal dengan ayahnya Sekar. Beliau seorang pejabat negeri ini dan masih berkerabat dengan sultan. Singkat cerita, Mami menikah di bawah tangan dengan beliau."
Mami mengangkat wajahnya, menatapku. "Siri. Seperti kamu dengan Prahara. Makanya di surat nikah Mami dan Ayah tertulis status Mami perawan."
Aku tidak berkomentar.
"Orang tua Mami tidak setuju, dan tidak mengakui Mami sebagai anak lagi." Wajah Mami tampak sedih, tapi aku bergeming. Duduk di depannya sambil meremas tisu di pangkuanku.
"Kamu tidak bertanya mengapa mereka tidak setuju?"
Aku menggeleng. "Karena Mami menikah dengan suami orang?" tebakku asal.
Tak kuduga, Mami mengangguk. "Bagaimana bisa?" tanyaku.
"Entahlah. Mungkin Mami dimabuk oleh cinta hingga Mami tidak bisa berpaling darinya." Oh, secinta apa pun, jangan sampai mengalahkan logika, dong, Mi. Sayang, masa muda habis karena menjadi istri siri pejabat.
"Istri pejabat itu tahu?"
Mami mengangguk. "Mereka tidak punya anak." Oh, masuk akal kalau begini.
"Saat Mami hamil, istri pertama ayah Sekar mendatangi Mami. Meminta Mami untuk melepaskan bayinya kepada Mami."
"Mami menerima?"
"Tidak. Mami menolak. Mami bersembunyi dari mereka. Dengan menggadaikan perhiasan yang diberikan ayahnya Sekar, Mami kabur ke Semarang. Ditolong oleh Bunda."
Bunda itu istri Ayah, ibunya Mas Wibi. Itulah yang membuat Mas Wibi tidak begitu dekat dengan Mami. Karena Mami bukan ibu kandung Mas Wibi.
"Kami bertemu di rumah sakit. Saat itu Bunda sedang berkonsultasi dengan dokter kandungan karena ada tumor di rahimnya. Mami memeriksakan kandungan Mami sendirian. Bunda adalah malaikat penolong Mami." Mata Mami menerawang.
"Di tengah sakitnya, Bunda membantu Mami. Mengajak Mami tinggal di rumahnya. Sampa akhirnya Mami melahirkan, Bunda dan Ayah juga yang membawa Mami ke rumah sakit."
Jadi, Ayah juga mengetahui rahasia Mami? Mas Wibi bagaimana? Mungkin tahu juga, tapi mungkin ketika itu dia belum paham karena tiga puluh tahun lalu, usianya baru dua-tiga tahunan.
"Sayangnya kekuasaan ayahnya Sekar tak terbatas. Mereka bisa melacak keberadaan Mami. Pagi itu, di rumah sakit, saat Mami tengah menyusui Sekar untuk pertama kalinya, ayahnya Sekar mengambil Sekar dari pelukan Mami."
Air mata Mami menderas. Oh, aku tak tahan juga akhirnya. Kugenggam tangan Mami yang sedari tadi ditumpangkan di atas meja. Efek genggaman tanganku ternyata cukup membuatnya tenang kembali.
"Wajah bayi itu, oh, ya Tuhan, masih betul-betul Mami ingat jelas. Hidungnya, mulutnya, rambutnya ... Begitu mungkin dan tak berdaya. Mami bahkan belum bisa memeluknya berlama-lama. Mereka membawa bayi Mami ke Yogya dan ibu Sekar yang sekarang mengancam Mami agar jangan pernah sekali-sekali menginjakkan kaki di Yogya."
Aku terpana. Tragis sekali kisah Mami ini. Oh, untungnya sekarang sudah bersama Ayah yang sangat mencintai Mami.
"Selanjutnya Didi bisa menebak jalan hidup Mami, kan?"
Aku mengangguk.
"Bunda meninggal karena kanker rahim. Ayah menikahi Mami."
Mami mengangguk. "Betul. Kami saling menguatkan sehingga akhirnya lahirlah kalian berdua. Usia kalian terpaut lima tahun dengan Sekar. Saat itu, Mami hampir melupakan bayi Mami yang terenggut paksa, tetapi wajahmu mengingatkan Mami akan anak pertama Mami."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prahara's Secret Wife
Roman d'amourDidi bisa menerima kalau Laras, saudara kembarnya berpacaran dengan Kemal, sahabat sekaligus cinta pertamanya. Sudah biasa jika ia mesti mengalah pada Laras yang fisiknya lebih lemah dibandingkan dengannya. Namun, bisakah dia menerima takdir bahwa i...