Apa yang menarik dari Prahara Mahendra? Banyak. Selain wajah tampan dan dada senderable, sikapnya juga amat tenang. Cenderung tak banyak kata dan ekspresi. Mungkin semua kata dan ekspresinya sudah habis dituangkan dalam novel-novelnya. Haha.
Seperti pagi ini. Karena tak ada Ami, maka kami duduk berdua menikmati sarapan berdua. Kebetulan waktu aku keluar dari kamar dia sedang sarapan sehingga untuk menghilangkan kecanggungan aku ikut bergabung menikmati sarapan bersamanya.
Berbeda dengan Prahara, dalam kondisi normal, aku biasa makan sambil melakukan sesuatu. Entah itu membuka media sosial ataupun portal berita daring untuk mengetahui info terkini atau kadang juga memainkan Candy Crush yang sudah memasuki level 4000-an. Semalam kebetulan aku menemukan sebuah novel menarik di Novelaku, sebuah aplikasi yang menyediakan layanan baca novel secara daring. Jadi, agenda sarapanku pagi ini ditemani dengan membaca novel daring dong.
Tak masalah makan dalam keheningan. Meski agak tak lazim karena biasanya ada celotehan Ami dalam setiap sesi makan kami.
"Jadi, suka baca Novelaku?" suara Prahara mengusik keasyikanku membaca. Aku mengangguk.
"Novelmya rata-rata bagus sih. Sayang tampilan depannya kurang menjual, jadi kadang malas bukanya."
"Maksudnya?"
"Cover novel yang dipajang di display terlalu banyak, jadinya kecil-kecil. Selain itu, genrenya juga banyak yang sejenis, jadi orang yang tidak suka sama genre ini akan malas buka selanjutnya. Jarang ganti, pula."
"Mm, begitu ya."
Lagi-lagi aku mengangguk.
"Selain itu, kecepatannya kayak siput," kataku sambil tertawa. "Kalau aku tak sangat suka ceritanya, pasti sudah kututup dari tadi."
Aku mengalihkan pandanganku dari gawaiku kepada Prahara.
"Tertarik untuk menulis daring juga?" tanyaku.
Dia menggeleng. "Itu biar untuk para pemula," katanya.
"Sebenarnya penulis lama pun bagus juga kalau mau nulis daring," kataku. "Orang berubah. Seperti aku, meskipun suka koleksi buku fisik, terkadang membaca novel daring menjadi pilihan karena lebih praktis."
"Mereka lebih butuh kesempatan," katanya. "Makanya aku membuat Novelaku."
Oh, jadi, saat ini aku dengan sarapan bersama dengan founder Novelaku? Wow juga, ya. Apa yang tak kuketahui lagi tentangnya?
"Bukan milik pribadi, sih. Ada beberapa teman yang awalnya menanam saham di sana. Tapi karena kurang menguntungkan, banyak yang mundur. Sekarang hanya ada aku dan Miko."
Oh, Miko yang kemarin dulu menjemputnya di bandara.
"Padahal sebenarnya potensial banget. Cuma perlu pembenahan dan promosi yang tepat saja," kataku menyayangkan.
"Kalau kamu masuk ke Novelaku dan berbenah di sana, apakah kira-kira berminat?"
Mataku membulat. "Apakah ini tawaran pekerjaan?"
"Boleh dibilang begitu."
"Mm, bukannya kita sedang mengerjakan proyeknya Ami?" tanyaku mengingatkan apa yang diucapkannya semalam.
"Kita bisa mengerjakannya dalam waktu yang bersamaan."
"Iya juga, sih. Tapi aku tidak suka dengan jam kantor yang mengikat." Kalau aku suka, pasti sudah jadi karyawan tetapnya Trend, kan?
"Kamu bebas mau datang jam berapa kamu bisa," katanya pasrah.
Aku tertawa melihat wajah pasrahnya. "Tambah lagi, perlu tim IT yang mumpuni untuk berbenah di Novelaku. Dan aku belum mengenal satu pun orang di sni."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prahara's Secret Wife
RomanceDidi bisa menerima kalau Laras, saudara kembarnya berpacaran dengan Kemal, sahabat sekaligus cinta pertamanya. Sudah biasa jika ia mesti mengalah pada Laras yang fisiknya lebih lemah dibandingkan dengannya. Namun, bisakah dia menerima takdir bahwa i...