37

2K 102 7
                                    

***

Dekorasi cantik dan elegan menghiasi ballroom hotel bintang lima, sederet tamu berpakaian rapi dan berdandan maksimal bergiliran keluar-masuk tempat itu. Bintang utama dari acara adalah sepasang pengantin yang bersanding di pelaminan dengan wajah berseri.

Terkhusus mempelai wanita bergaun putih mewah berhias taburan mutiara dan glitter, wajah berperona pipi itu tak luntur memamerkan senyum manis pada setiap tamu yang mendekat memberi doa dan ucapan.

Sejak disandingkan di pelaminan, Reiki terus menggenggam tangan Radia seakan bisa menghilang jika dilepaskan. Penampilan bak bidadari dengan tiara di puncak kepala membuat siapa saja terpesona, Reiki bahkan harus memelototi para tamu pria agar tidak lama-lama menatap Radia.

Jika Radia mengenakan gaun putih dengan ekor panjang menyapu lantai berkarpet merah itu, maka Reiki tampan dengan setelan jas hitam dan sisiran klimis rapi ke samping.

Dari sisi pelaminan, Dina naik ke panggung rendah itu, tersenyum hangat pada pasangan itu sambil mendekati Radia.

"Selamat, ya Sayang. Semoga langgeng kalian sampai tua," ujar Dina mendoakan setelah  cipika-cipiki dengan Radia.

"Makasih, Tante," ucap Radia dengan senyum tulus pada wanita yang sudah banyak membantu hingga hari ini.

"Keluarga kamu udah nyamperin, kan?" tanya Dina kemudian.

Radia mengangguk. "Udah kok, itu Papa sama Maya duduk di sana. Kalo Mama di sana," jawabnya dengan menunjuk meja tempat tamu bisa makan atau hanya duduk.

Ayah dan ibu kandung Radia datang, tapi tidak saling sapa dan duduk berbeda meja. Miranda masih di tahanan, jadi Lian hanya datang bersama Maya yang terus menatap sinis Radia, sedangkan Sintya datang bersama keluarga kecilnya.

Dari keluarga Altezza, lebih didominasi rekan kerja dan kolega ayah Reiki, serta teman-teman Dina dari berbagai kalangan pembisnih dan sosialita.

Dina mengangguk mengerti, tak banyak bertanya lagi, lalu mengalihkan perhatian pada Reiki.

"Sekarang udah senang? Kesampean sepelaminan sama Radia? Jagain nih anak orang, awas aja kalo sampe Tante denger kamu nyakitin Radia atau bikin dia sedih. Tante cerai kalian." Tidak ramah Dina mengomeli Reiki yang menatap datar saja, memberi wejangan sekaligus mengancam serius.

"Iya," balas Reiki memilih tidak mendebat karena di tengah banyak tamu, tidak elite jika harus adu mulut dengan Dina ditonton orang.

Perhatian Dina pindah lagi pada mempelai wanita, tersenyum kecil sambil mengelus sisi pipi gadis itu.

"Kalo Rei ngapa-ngapain kamu, kasih tau aja ke Tante," pesan Dina lembut, bertolak belakang sekali jika bicara dengan Reiki.

Radia terkekeh geli sambil mengangguk tanpa membantah.

"Ya udah, Tante tinggal dulu," kata Dina pamit pergi untuk mengurus beberapa hal.

Pasangan pengantin itu mengangguk, lanjut menerima ucapan dan doa tamu-tamu lain.

"Radia."

Radia menoleh saat mendengar panggilan, sesaat kemudian tersenyum melihat seorang pria dengan setelan rapi jas biru malam mendekat, usianya kira-kira sama dengan Lian.

"Iya, Pah?" sahut Radia sopan.

Georgi Antonius Altezza, ayah Reiki itu mendekat tanpa melirik sedikitpun pada sang putra. Memang sudah menyuruh Radia memanggil 'Papah' sejak dibawa bertemu untuk diperkenalkan satu bulan lalu.

"Papah ada urusan mendadak, harus pergi dulu. Tapi, nanti balik ke sini satu jam lagi, gakpapa, kan, ditinggal dulu?" tanya Georgi meminta izin pengertian dari si menantu satu-satunya.

Stay With Me { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang