***
Sekeras apapun Radia berusaha mengingat, hanya gelap yang nampak, akhirnya membuka mata lagi menemukan sepasang lengan Reiki erat memeluk.
"Kenapa rasanya kayak aku kenal kamu lebih lama dari ini ya," gumam Radia dengan kening berkerut.
Reiki kembali tersenyum, kali ini terlihat seperti senyum ... senang?
"Ohya?" tanya Reiki, mengangkat Radia untuk dipangku.
Kerutan di dahi Radia semakin dalam, tidak lama mendengkus kesal. "Tapi, gak bisa inget jelas. Kadang cuma kayak sepintas inget seseorang, tapi gak tau siapa," keluhnya menambahi.
Mendusel-duselkan wajah ke dada Reiki, hingga mata tepat di leher laki-laki pirang itu. Mengerjab beberapa kali, lalu membuka mulut untuk menggigit kulit di depan wajah, serius menancapkan gigi sebagai bentuk balas dendam selama ini, merasakan bagaimana sensasi menggigit kulit orang, seperti yang sering Reiki lakukan.
"Ukh-!" Reiki terlonjak, menundum menatap tajam pada Radia yang membuat terkejut.
"Ra," panggil Reiki rendah.
"Hm?" gumam Radia masih betah di posisi menggigit.
Reiki menahan geraman, menarik dagu Radia langsung memagut bibir yang menjadi salah satu kesukaan. Lidah menyapu meminta akses masuk lebih dalam ke mulut hangat, Radia membuka mulut, kali ini ada sedikit rasa antusias menerima ciuman.
Tangan beralih mengalung di leher Reiki saat ciuman diperdalam, memejamkan mata menjadi semakin menuntut, membuat kepala terdorong mundur.
Radia mengakui Reiki itu pencium ulung, dengan lihai lidah mengobrak-abrik isi mulut, mengajak bersilat dan bertukar saliva. Tangan yang semula mengalung perlahan merambat ke tengkuk, mengusap ringan membuat Reiki semakin panas.
Reiki lepas bibir Radia untuk membiarkan bernapas, sementara mulut tetap beraksi ke leher, menggigit ringan cuping telinga membuahkan lenguhan, turun ke bawah telinga, menyusuri sisi leher sebelah kiri.
Kernyitan di kening Radia samar-samar terlihat, pandangan berkabut tidak fokus, sentuhan Reiki selalu berhasil membuat sensasi kupu-kupu di perut beterbangan, Radia ingin menyudahi tapi tubuh menikmati.
Satu tangan Reiki menyusuri punggung Radia, menarik turun resleting dress yang dikenakan hingga sebelah bahu terekspos memperlihatkan kulit mulus dengan tali bra berwarna ungu tua.
Semetara mulut menjelajahi leher dan bahu, tangan Reiki bergerilya bebas, menurunkan kerah dress sepenuhnya hingga terkumpul di pinggang. Kembali erangan terdengar dari bibir Radia yang sedikit terbuka, tangan meremas rambut Reiki merasakan beberapa helai menggelitik dagu.
Bunyi 'tik' pelan terdengar dari punggung Radia, berhasil melepas kaitan bra hingga meloloskan sepasang dada putih terpampang, memantul kecil di udara setelah tanpa penopang.
Radia mendesah rendah saat mulut hangat meraup dada kiri, sedang tangan kiri Reiki menangkup dada kanan. Suara kecapan mulut mengemut dada dan erangan sensual memenuhi ruang tengah, meredam volume tv yang menyala.
Mulut sengaja Radia bungkam agar tidak mengeluarkan desahan keras dengan menggigit tangan sendiri, punggung melengkung indah seiring stimulus yang Reiki berikan, mata terpejam pening dihantam kenikmatan yang selalu membuat kewarasan mengawang.
Membuka mata yang tertutup, Radia melirik meja tempat handphone berada, benda pipih itu bergetar dengan layar berkedip-kedip, pasti telpon dari teman Reiki yang mengajak tawuran malam ini.
Perhatikan Radia beralih pada Reiki yang belum menyadari telpon masuk karena terlalu fokus, merasa ditatap membuat Reiki mengangkat pandangan, kemudian mengulas senyum melihat wajah memerah gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me { Tamat }
Teen Fiction[ Villain Angels Universe ] [ 🔞 Mature Content ] *** "K-Kenapa aku dibawa ke sini?" tanya Radia tergagap karena takut dan gugup. "Satu pertanyaan," kata Reiki mengangkat satu jari. "Lu ngerasa kenal gua?" tanya Reiki melanjutkan kalimatnya. "A-Aku...