13

2.2K 160 32
                                    

***

Radia mencibirkan pipi, mengelus pelipis sambil bergumam mengelak. Tidak mungkin menjelaskan isi kepalanya, kan? Jadi biarkan hanya Radia dan Tuhan yang tau.

Gemas.

Reiki peluk gadis itu seperti guling, meletakkan kepala Radia di lengan, lalu menepuk-nepuk belakang kepalanya seperti orang tua menidurkan anak kecil.

Radia tanpa sadar terkikik merasa seperti sedang dimanja pacar, melupakan fakta bahwa tidak ada ikatan hubungan di antara mereka, Radia balas memeluk tubuh kekar Reiki.

"Ngomong-ngomong." Reiki membuka suara lagi saat teringat sesuatu.

"Tadi pagi lu bilang adek sama nyokap lu gak peduli lu di mana, kok tau mereka gak peduli?" tanya Reiki, meregangkan sedikit pelukan untuk menilik wajah Radia.

"Emm," gumam Radia pelan, ragu apakah harus memberitahu Reiki atau tidak.

Reiki masih menunggu, tidak mendesak, tapi tatapannya jelas menuntut jawaban.

"Itu ... w-waktu aku ngambil hp kamu. Aku nelpon nomer hpku sendiri, terus diangkat adik tiriku." Radia menjeda sejenak untuk menelan ludah gugup.

"A-Aku minta tolong, tapi ... tapi dia bilang dia sama Mama gak peduli lagi," lanjut Radia lebih pelan, jarinya memilin baju tidur.

Reiki diam, tak lama mengangguk mengerti menerima penjelasan itu.

Radia mengangkat pandangan, menatap Reiki ragu untuk melihat reaksinya.

Tidak ada kemarahan, Reiki balas menatap mata gadis itu dan lanjut menepuk kepala Radia yang sempat terhenti.

"Ya udah, gua mau tau itu aja. Sekarang tidur," suruh Reiki kemudian.

Radia mengerjab bingung, tapi akhirnya mengangguk saja. Berusaha menekan perasaan tidak terbiasa pada lengan Reiki yang setia memeluk, Radia mencoba tidur.

Walaupun Radia akui sedikit takut dengan kedekatan posisi ini, tapi tidak menyangkal bahwa rasa nyaman melingkupi juga. Mendongak sekali lagi pada Reiki, terlihat laki-laki itu sudah menutup mata.

Pelukannya hangat, seperti Reiki menjamin perlindungan untuk Radia setiap saat. Radia merasa aman, itu membuat perlahan ikut menutup mata untuk melanjutkan tidur yang sempat tersela, menyembunyikan wajah di dada bidang Reiki.

Begitu dengkuran halus terdengar dari mulut Radia, mata Reiki terbuka lagi. Menatap lamat-lamat wajah tenang itu dalam jarak dekat, sekilas mengecup kening sebelum memeluk erat Radia-nya.

***

Menatap.

Hanya itu yang dilakukan Reiki sejak beberapa saat lalu. Meski cahaya matahari berusaha masuk melalui celah tirai jendela, tapi Reiki tidak merubah posisi memeluk posesif pada gadis molek di samping.

Kelopak mata dengan bulu mata lentik itu masih tertutup rapat dengan hela napas teratur, bibir tipis sedikit terbuka di sela helai rambut yang menutup wajah.

Reiki seka rambut yang mengganggu pemandangan hingga wajah polos itu bisa dilihat sepuasnya. Satu lengan dijadikan bantalan kepala Radia, satu tangan lain menyusuri wajah itu dengan sentuhan seringan bulu.

Stay With Me { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang