34

1.3K 111 20
                                    

***

Udara pagi membelai wajah polos Radia dengan lembut, hangat matahari menerpa kulit yang dibalut baju pasien berwarna biru. Sesaat menutup mata sambil menarik napas, lalu menghembuskan bersama dengan membuka mata kembali, ekspresi tenang Radia menggambarkan betapa menikmati waktu yang dijalani ini.

Taman belakang rumah sakit, tidak banyak pasien di sini karena sebagian besar suster lebih memilih membawa ke taman depan, hanya ada beberapa orang berkursi roda, itupun pasien yang sudah renta.

Radia ke sini bersama Zaki dengan berjalan kaki menyeret tiang infus, cukup sulit dan sedikit menguras tenaga karena belum pulih sepenuhnya. Tapi begitu sampai, lelah menghilang dan kini duduk di sebuah bangku taman.

Zaki tadi diminta membelikan bubur ayam untuk Radia makan di sini karena bosan di dalam ruang rawat, sementara Reiki belum terlihat pagi ini.

Di tengah meiikmati suasana damai, Radia terlonjak kaget saat seseorang menendang tiang infus hingga jatuh, membuat Radia meringis pelan karena kulit punggung tangan ikut tertarik.

Menatap si pelaku, Radia menegang saat melihat sosok gadis berbaju pasien sama sepertinya, menatap tajam dengan bersidekap.

"Maya?" lirih Radia sambil bangkit untuk meraih tiang infus.

Jadi dia dirawat di rumah sakit yang sama dengan Radia, pantas saja Miranda cepat mengetahui lokasi Radia.

Tapi, bukankah Maya buta?

Kenapa sekarang mata itu bisa menatap lurus Radia dengan tatapan tajam?

Sebelum Radia sempat meraih tiang, kaki beralas sendal jepit Maya sudah lebih dulu menendang tiang menjauhi tangan hingga jarum tercabut untuk ke dua kalinya dari punggung tangan Radia.

Gadis dengan rambut hitam nampak kusam itu meringis, menggigit bibir bawah menahan rintihan perih.

"Kamu kenapa sih, May?! Dateng-dateng ngeganggu," bentak Radia di posisi setengah jongkok.

Wajah Maya yang sejak awal nampak memerah semakin menggeram menahan amarah yang memupuk di hati, semua sudah dijelaskan Miranda tadi, membuat Maya menangis dan mengutuk Radia beserta orang-orang terdekatnya.

"Diem lo! Lo bener-bener gak tau diri, ya. Otak lo di mana, hah?!" balas Maya membentak.

Kaki melayang pada sosok lemah yang berjongkok di atas rumput taman, tendangan di pinggang membuat Radia jatuh dengan erangan, memegang pinggang yang langsung nyeri.

"Gak usah sok gak tau! Lo itu cewek picik! Lo menjarain Mama gue, sialan!" jerit Maya marah.

Radia terkesiap, jadi Miranda benar-benar dipenjarakan, dia pikir hanya akan diberi jera oleh Dina, tapi ternyata langsung ke jalur hukum.

"Lo itu gak tau di untung! LO GAK TAU TERIMA KASIH! DASAR BENALU! MATI AJA LO, SAMPAH!" raung Maya beserta lelehan airmata, mata yang baru dimiliki kini basah dan memerah karena menangis.

Perasaan Maya bercampur aduk, tapi kemarahan pada lebih mendominasi setelah mendengar cerita Miranda di telpon, tentang Radia.

"Gue sama Mama udah mau nampung lo di rumah, tapi apa balesan lo?! Lo malah ngirim Mama ke penjara! Gila! Lo orang paling gak tau diri yang pernah gue kenal, tau gak!?" Maya memaki sepenuh hati menunjuki Radia tepat di wajah yang menunduk pucat.

Stay With Me { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang