29

1.3K 121 8
                                    

***

Kurang dari lima menit lift berdenting tanda sampai di lantai teratas, ketiganya segera keluar dan berjalan cepat menuju pintu rooftop. Mina yang berjalan di depan membukakan pintu, entah karena apa dorongan terkesan tergesa-gesa, mungkin karena wajah tidak tenang wanita di dekatnya.

Mengedarkan pandangan hingga tercengang menemukan Reiki mengamuk, memukul dan menendang tembok seakan melampiaskan emosi terpendam.

Lagi-lagi Mina dan Nenden melihat sisi lain seorang Reiki, entah ke mana hilang sorot dingin dan tubuh tegap biasa, kini berganti sosok laki-laki normal yang nampak sangat kacau, bahkan ini lebih parah daripada saat di mobil tadi.

Hampir satu tahun ikut dalam geng Demonic Kings tapi tidak pernah Mina dan Nenden melihat Reiki mengeluarkan emosi semengerikan ini.

Biasanya hanya ada suara bernada memerintah dan tidak terima dibantah yang Reiki keluarkan, bukan teriakan frustasi dan putus asa seperti sekarang, menunjukkan sisi lain Reiki layaknya manusia yang juga memiliki perasaan.

Dina yang tersadar lebih dulu, berjalan cepat dengan panik luar biasa, bagaimana tidak, tidakan Reiki meninju tembok membuat kedua tangan dilumuri darah, bahkan di tembok sasaran pun terdapat bercak kemerahan.

Reiki berhenti memukuli tembok, kepala bertumpu di dinding dingin, tangan yang dinodai darah sendiri bekas meninju tembok dan darah Radia, mencengkeram rambut keras.

"Arrrgghh-! Brengsek!"

Teriakan memaki terdengar lagi, perlahan Reiki menyender di tembok, tubuh merosot kelelahan menahan beban, menutup wajah dengan kedua lengan dan menunduk dalam.

"Rei."

Dina mendekat, berjongkok di samping Reiki, menarik pundak keponakannya itu untuk direngkuh. Dina memejamkan mata bersama lelehan airmata jatuh merasakan tubuh tremor dalam pelukan. Sudah bisa menduga hal ini yang terjadi jika Reiki tau hal buruk apapun tentang Radia.

"Radia kena tembak gara-gara aku, Tante," kata Reiki pelan dengan kepala menunduk menatap kedua tangan, membiarkan dipeluk Dina dengan limpahan kelembutan.

Dina diam saja, menggeleng menyangkal kalimat penghakiman Reiki pada diri sendiri. Dua gadis di dekat mereka memilih diam bagai patung, tapi mata dan telinga ikut menyimak.

Reiki memejamkan mata sejenak sebelum melanjutkan dengan berat. "Harusnya aku gak pergi tadi malem, harusnya aku tetep di apartemen, harusnya aku nurutin dia buat gak ikut, harusnya- ... harusnya aku yang ditembak, bukan Rara," racaunya mengatakan 'harusnya' berulang kali.

Dua puluh menit lalu Radia dinyatakan kritis setelah peluru berhasil diambil, kehabisan banyak darah, bukan hanya dari luka tembak, tapi juga luka gores di sekujur tubuh.

Hidup Reiki akan hancur.

Padahal baru kemarin mereka saling bicara, saat Radia membujuk untuk tidak pergi tadi malam, tapi dengan keras kepala Reiki tetap pergi. Masuk ke dalam perangkap Dimas dan Rama yang sekarang mungkin sudah diproses polisi.

Dina diam mencerna karena Reiki bicara campur aduk, sudah bisa menebak apa yang akan terjadi jika gadis itu tidak bisa diselamatkan, sudah pasti efek pada Reiki akan lebih parah dari sekarang.

Stay With Me { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang