***
Reiki terbangun dari tidur setelah meraba tempat di samping kosong, tidak merasakan kehadiran Radia, segera membuka mata dan melihat seisi kamar, kosong. Bangkit duduk menyibak selimut dan turun dari kasur, Reiko keluar kamar hampir seperti berlari mendobrak pintu.
Kelewat panik, takut Radia hilang lagi.
Sampai di dapur menemukan Radia sibuk di balik meja pantry, membelakangi pintu dapur, mengenakan dress selutut dibalut apron hitam, rambut diikat kuncir memperlihatkan leher jenjang berhias samar kissmark.
Reiki menghela napas lega, mendekat tanpa suara, begitu tepat di belakang, merengkuh pinggang ramping gadis itu.
"Astaga!" pekik Radia spontan mengangkat spatula di tangan.
"Ini gua, ini gua," kata Reiki cepat menangkap tangan yang akan memukul dengan spatula stainless.
"Ngagetin aja," gerutu Radia pelan, menurunkan kembali tangan yang sempat melayang di udara dan kembali mengaduk masakan.
Tidak membalas, Reiki hanya terkekeh lalu mengecup singkat pundak gadis itu sebelum meletakkan dagu di sana. Memejamkan mata meresapi aroma lembut yang menguar, selalu menenangkan, wanginya membuat candu.
Radia melirik sekilas, sudah hafal dengan kebiasaan yang satu ini, mengendusi leher dan tengkuk seperti vampire yang siap menggigit mangsa. Sepertinya kebiasaan Reiki tidak akan jauh-jauh dari mengeksplore bagian tubuh Radia, entah di mana dan kapan saja.
"Kenapa gak nunggu gua bangun dulu sih? Malah ditinggal," gerutu Reiki terdengar kesal.
"Kan tadi malem aku udah bilang mau masakin. Kalo kamu masih ngantuk, tidur lagi aja. Emang aku ganggu?" balas Radia cukup panjang.
Reiki menggeleng, menenggelamkan wajah di pundak Radia, menggigit gemas kulit itu membuahkan ringisan dari sang empunya.
"Males gak anget," kata Reiki mengeluh.
"Peranku di kasur kan cuma jadi guling buat dipeluk. Kamu peluk aja guling kalo gak ada aku," balas Radia lempeng.
"Gak enak. Gak ada squisy," kata Reiki masih memejamkan mata, lingkaran lengan pada perut Radia tidak mengendur sedikitpun.
Kerutan muncul di antara alis Radia, tidak mengerti maksud Reiki, jadi hanya diam.
Mematikan kompor begitu masakan telah matang, menoleh untuk menatap Reiki yang mata terpejam. Rambut pirang itu berantakan, dengan napas teratur, sesekali menarik napas panjang dan menghembuskan perlahan.
Radia mencuci tangan di wastafel sedikit kesulitan, seperti sedang digelayuti monyet besar, lalu mengelap di serbet yang tergantung di dinding.
"Rei," panggil Radia pelan, menyentuh rambut pirang yang terasa sedikit kusut.
"Hmm," sahut Reiki bergumam, menikmati saat jari-jari lentik Radia menelusup di sela-sela helai rambut dan kenyamanan pelukan mereka meski dalam posisi berdiri.
"Udah mateng. Cuci muka dulu sana, baru kita makan," suruh Radia lembut.
Reiki akhirnya membuka mata, menatap Radia yang juga tengah menatap dari jarak dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me { Tamat }
Teen Fiction[ Villain Angels Universe ] [ 🔞 Mature Content ] *** "K-Kenapa aku dibawa ke sini?" tanya Radia tergagap karena takut dan gugup. "Satu pertanyaan," kata Reiki mengangkat satu jari. "Lu ngerasa kenal gua?" tanya Reiki melanjutkan kalimatnya. "A-Aku...