***
Reiki tau Radia tengah melamun, gadis itu menatap lengan tapi dengan sorot menerawang entah melayang ke mana. Olesan salep Reiki berpindah pada lengan Radia yang satunya. Lengan gadis itu terasa kecil di genggaman, sangat kurus. Urat nadi bahkan jelas terlihat, berketup pelan saat disentuh dengan jempol.
Lamunan Radia buyar saat Reiki selesai memberi salep pada kedua pergelangan tangan. Laki-laki itu menutup kotak salep dan meletakkan ke tempat semula. Bangkit dari kasur lalu menuju meja nakas, membawa serta nampan bekas makan siang Radia keluar kamar.
Radia mengekori gerak-gerik Reiki dengan tatapan mata saja, bahkan hingga sosok Reiki hilang di balik pintu, masih nampak setengah melamun.
Tapi tidak lama kemudian menghela napas, menunduk memperhatikan pergelangan tangan dan kaki bergantian. Walaupun sikap Reiki sekarang ini tenang, tapi Radia tidak bisa menutupi kegusaran setiap dekat dengan laki-laki itu.
Bayangan kejadian malam saat Reiki ingin membunuhnya selalu muncul setiap saat, membuat Radia berpikir keras untuk mencari cara pergi dari kurungan ini.
Radia beranjak turun dari kasur, masih sedikit pincang saat berjalan untuk menuju pintu. Meraih gagang pintu dan mencoba menggerakkan. Tidak berhasil terbuka, Radia hela napas panjang lagi, saat pintu tetap tidak bisa dibuka untuk ke sekian kali.
Tubuh Radia merosot duduk di lantai, kepala bersandar di daun pintu, dia merindukan rumah. Jika saja tau kalau nasib di Jakarta akan semengenaskan ini maka Radia memilih tetap bersama ibunya saja.
Satu minggu Radia tidak pulang, apa Miranda dan Maya benar-benar tidak mencarinya. Setega itukah dua perempuan ibu dan anak itu mengabaikan hilangnya Radia?
Alasan apa yang akan mereka katakan pada ayahnya jika bertanya keberadaan Radia?
Lalu bagaimana dengan ibunya yang tidak tau kabar apapun. Semuanya terlalu berat untuk otak kecil Radia pikirkan, kepalanya mendadak pusing.
Mengangkat kepala yang semula menunduk, lalu menyibak helai rambut yang menutup wajah. Radia tidak bisa terus pasrah di sini, setidaknya harus bertindak mencari cara untuk kabur.
Perlahan Radia bangkit berdiri, menyusuri seluruh sudut kamar. Mencari sesuatu apa saja yang bisa membantu keluar dari kamar ini, tidak ada benda yang bisa melukai di sini.
Radia buka satu persatu laci meja nakas dan buffet, tidak ada apapun, bahkan lemari pun kosong, hanya ada beberapa gulung tali yang biasa dijadikan tali jemuran.
Berpikir bisakah jika menjebak Reiki lalu mengikatnya dan kabur?
Radia menggeleng, itu sangat tidak mungkin, jelas kekuatan Radia kalah telak dari laki-laki itu, sekali banting saja Radia mungkin akan terpental.
Mengingat betapa kejam malam itu Reiki memasukkan Radia ke dalam bagasi mobil, tidak menutup kemungkinan laki-laki itu bisa lebih tega lagi mematahkan tulang-tulang rapuh Radia.
Radia menyusuri kamar lagi mencari sesuatu yang lain, yang mungkin bisa lebih berguna membantunya melarikan diri.
***
Tepat sepuluh hari sejak Radia ke luar rumah di malam hari setelah gerimis itu. Hari ini kaki mulai bisa berjalan normal, tapi Radia yakin luka itu akan kembali menganga jika terbentur sedikit saja, jadi sebisa mungkin dia berhati-hati saat tidur ataupun beraktifitas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me { Tamat }
Teen Fiction[ Villain Angels Universe ] [ 🔞 Mature Content ] *** "K-Kenapa aku dibawa ke sini?" tanya Radia tergagap karena takut dan gugup. "Satu pertanyaan," kata Reiki mengangkat satu jari. "Lu ngerasa kenal gua?" tanya Reiki melanjutkan kalimatnya. "A-Aku...