24

1.5K 114 10
                                    

***

Dua puluh menit Radia selesai mandi, mengenakan handuk di dada, berdiri di depan wastafel kamar mandi memperhatikan bercak kemerahan yang memenuhi tubuh atas. Paling jelas di leher, pundak, dan dada, ada samar bekas cekikan juga di pangkal leher ulah Reiki.

Sedikit Radia turunkan handuk, jejak merah keunguan tercetak jelas di dekat puting dada sebelah kiri, lebih jelas dari tanda kemerahan yang hampir memenuhi leher dan pundak.

Pandangan Radia beralih ke pintu yang tidak rapat tertutup, Reiki baru saja keluar menerima paket delivery order yang datang membawa makan malam, baru selesai memandikan, begitu senang mengetahui masa haid Radia berakhir hari ini.

Menghela napas pelan, Radia mengeratkan belitan handuk lagi sebelum beranjak keluar kamar mandi. Menuju lemari pakaian, memilih baju tidur dan mengenakan dengan cepat.

Selesai berpakaian, Radia keluar dari kamar untuk ke dapur, suara shower kamar mandi terdengar dan sebuah kantong plastik teronggok di meja pantry.

Mendekati plastik di meja, belum sempat Radia membuka isinya, pintu kamar mandi terbuka mengambil perhatian, Reiki keluar dengan handuk putih membelit dari pinggang ke lutut.

Radia mengulas senyum canggung. "Makan malam kita apa?" tanyanya sambil menghindar menatap perut sixpack yang terekspose.

Tidak menjawab, Reiki mendekati pantry untuk memeluk gadis itu dari belakang, memberi kecupan di pundak. "Bebek bakar," jawabnya.

Radia manggut-manggut, membongkar isi plastik berlogo restoran cepat saji, dua porsi dada bebek bakar beserta nasi dan sayur akan menjadi menu makan malam kali ini.

"Sorry," bisik Reiki di telinga kiri.

Gerakan tangan Radia terjeda, mengernyit dahi sambil melirik. "Apa?" tanyanya tidak mengerti.

Reiki tidak menjelaskan lagi, menduselkan hidung di perpotogan leher dan pundak sempit itu dengan helaan napas panjang.

Meletakkan sendok dan garpu di sisi piring, Radia menengok untuk lebih jelas melihat ekspresi Reiki yang meminta maaf entah untuk kesalahan yang mana.

"Jangan tinggalin gua, ya, Ra," pinta Reiki dengan wajah suram membalas tatapan Radia.

Kerutan di antara alis Radia bertambah, tak lama tersenyum sambil menepuk pelan rambut setengah basah Reiki. "Ke mana aku bisa pergi, sedangkan pintu cuma kamu yang tau kode-nya," balasnya.

Reiki mengerjab sejenak, kemudian mendengkus geli dan mengalihkan pandangan.

"Ra, mau susu."

***

Bising dari puluhan orang tengah berkumpul memecah suasana dingin malam di sebuah gedung terbengkalai yang dijadikan basecamp terdengar ke sepenjuru tempat.

Api unggun dihidupkan di halaman tengah-tengah mereka, ada yang menyanyi, ada yang hanya mengobrol, ada yang melakukan atraksi motor, semuanya bercampur. Cat-cat berbagai warna membentuk kalimat abstrak menghiasi dinding gedung di belakang mereka.

"Gimana, Dim? Ke sini gak ketua?" tanya seorang laki-laki pada teman yang duduk di atas sebuah drum.

"Gak," jawab Dimas singkat, lalu berdecak tanpa sebab.

Stay With Me { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang