20

1.8K 132 15
                                    

***

Itu Dina.

"Tante dari kapan di sini?" tanya Reiki sambil melanjutkan langkah memasuki dapur.

Dina menoleh dengan senyum lebar. "Morning, Sayang," sapanya ramah.

Reiki tidak membalas, berlalu menuju kamar mandi.

"Nyenyak ya tidur, dikelonin sih," sindir Dina dengan senyum jahil sambil mengaduk nasi di rice cooker.

Reiki yang semula akan meraih gagang pintu kamar mandi berhenti lagi, menoleh dingin pada Dina.

"Tenang, Tante gak akan ngelakuin apa-apa, asal kamu siap bertanggung jawab sama apa yang kamu lakuin itu," kata Dina  melanjutkan lebih serius.

"Aku gak ngelakuin apa-apa," elak Reiki cepat.

Satu alis Dina terangkat melirik Reiki, tak lama terkekeh sambil menutup rice cooker dan menatap lurus sang keponakan.

"Mustahil banget kamu gak ngelakuin apa-apa, apalagi cewek itu Radia, kalian tidur satu kamar, satu atap 24 jam. Dan tadi Tante jelas denger teriakan Radia, kamu apain coba? Denger ya, Tante gak mendukung tindakan kamu, tapi juga gak akan nentang, asal kamu gak melewati batas dan mau tanggung jawab, itu aja cukup." Dina memperingati panjang lebar, kembali berkutat dengan wajan dan kompor.

Reiki terdiam sebentar, memikirkan kata-kata Dina dengan serius, sejurus kemudian bergumam tidak jelas sebelum melanjutkan masuk kamar mandi.

***

Radia menatap sekitar lemari kabinet kamar mandi tempat biasa handuk atau bathrobe terlipat rapi, tidak ditemukan bathrobe, hanya handuk lebar putih. Tidak ada pilihan lain, mengenakan handuk di dada sebelum keluar kamar mandi.

Rambut basah dibungkus handuk yang lebih kecil warna biru muda, baru keluar kamar mandi, Radia mendapati Reiki sudah berpakaian lengkap, duduk di ujung ranjang.

"Nih, gua udah bawain baju dari kamar sebelah," kata Reiki menunjuk satu setel pakaian di samping.

"Cepet amat kamu mandi," kritik Radia sambil mendekat.

"Ngapain lama-lama kayak lu, bertapa?" tanya Reiki mencibir.

Radia cemberut sambil mencoba mengambil pakaian di samping Reiki, mengakui dalam hati memang membutuhkan waktu lebih lama jika mandi, apalagi kalau keramas.

Begitu dekat, Reiki tarik pinggang Radia untuk duduk dipangku, wangi sabun dan sampo menyeruak, puas mendapati banyak sekali kissmark di kulit Radia.

"Aku mau pake baju dulu, Rei," kata Radia cemberut sambil mencoba turun dari pangkuan Reiki.

"Pake aja, kan gua gak ganggu," balas Reiki enteng, masih erat memegangi pinggang Radia, sementara jari menelusuri setiap jejak kemerahan buatannya.

Radia mendelik kecil, menyebalkan sekali laki-laki mesum ini.

"Siapa yang ngajarin mukanya gitu? Jelek," tanya Reiki meledek dengan tangan meraup wajah Radia.

"Kamu," jawab Radia sebal, sambil cemberut memasang pakaian.

Reiki gemas, jika tidak ingat ada Dina di dapur, maka sudah dipastikan Radis akan dimakan lagi sekarang.

"Sesak, kaitannya coba yang paling ujung," keluh Radia merasa sesak di dada saat Reiki membantu memasang kaitan bra.

"Ini emang di ujung. Dada lu yang tambah gede," balas Reiki frontal.

Radia menunduk malu, memperhatikan dadanya. Apa iya?

Reiki mengecup tengkuk Radia, menarik sisi handuk untuk dilepas, puas melihat bercak kemerahan yang menghiasi dada Radia juga.

Stay With Me { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang