7

2.1K 154 0
                                    

***

Radia terlonjak kaget saat mendengar bunyi pintu menjeblak terbuka secara tiba-tiba, menoleh ke arah pintu, Radia dikejutkan lagi oleh kehadiran Reiki.

Setelah menutup daun pintu, Reiki melangkah mendekati kasur dan melempar diri dengan lemah, tangan memeluk pinggang Radia dengan posisi tertelungkup.

Radia menegang, sesaat berpikir laki-laki itu mabuk, tapi kemudian terkesiap saat melihat memar membiru di wajah Reiki. Walaupun pencahayaan di kamar cukup remang karna hanya dari lampu tidur di dinding atas kepala ranjang, tapi lebam-lebam itu bisa Radia lihat dengan jelas.

"K-Kamu kenapa?" tanya Radia kebingungan.

Tidak ada balasan, Radia mengangkat sedikit kepala untuk menilik wajah Reiki yang menghadap padanya dengan mata tertutup. Oh, satu fakta kecil, sejauh ini Radia belum tau siapa nama Reiki karna tidak pernah menyebutkan nama, sedangkan nama Radia sudah Reiki ketahui jauh-jauh hari.

Jari-jari lentik Radia menyentuh lebam di pelipis Reiki pelan, dan itu berhasil membuat Reiki membuka mata menatap sayu pada Radia.

"Gua cuma capek," kata Reiki dengan suara serak pelan, lalu menutup mata kembali.

"Luka kamu, harus diobatin," kata Radia kini bangkit duduk sepenuhnya.

"Gak usah. Gua mau tidur aja," tolak Reiki masih memejamkan mata.

Radia terdiam memikirkan, lalu menatap pintu, sepertinya tadi Reiki tidak sempat mengunci pintu itu. Tatapan Radia kembali pada Reiki, lalu beringsut ingin keluar dari selimut tapi gerakan terhenti saat Reiki mengencangkan pelukan pada perut.

"Jangan coba-coba," kata Reiki dengan suara berat.

Radia mengerjab, sesaat kemudian baru mengerti kalau Reiki curiga akan kabur, padahal bukan itu niatnya.

"Aku mau nyari P3K, kamu punya, kan?" balas Radia tenang.

Reiki mengangkat kepala menatap tajam pada gadis itu, sedangkan Radia berusaha keras untuk tidak mengalihkan mata dari Reiki guna meyakinkan bahwa tidak akan mencoba kabur.

Setidaknya tidak untuk sekarang.

"Aku serius. Di mana kamu taroh P3K-nya?" Radia sekali lagi bertanya.

Akhirnya Reiki mengendurkan lengan, dan itu diartikan persetujuan oleh gadis itu.

"Kabinet deket kulkas," beritahu Reiki kemudian.

Radia mengangguk, segera turun dari kasur menuju pintu kamar. Tidak perlu bertanya letak dapur atau kulkas karna sudah beberapa kali bolak balik, meski dengan pengawasan laki-laki itu.

Sesaat sempat berhenti di dekat ruang tengah yang dekat dengan pintu keluar apartemen, tapi segera Radia menggeleng dan fokus pada tujuan awal.

Tiba di dapur, Radia mencari kabinet dekat kulkas yang dikatakan Reiki. Ternyata lemari gantung tempat menyimpan beberapa barang dapur yang jarang digunakan.

Atau memang semua alat di dapur ini jarang digunakan? Entahlah, bukan saatnya memikirkan itu.

Gadis dengan rambut selalu digerai itu tampak berhenti di meja pantri cukup lama, menatap pisau dan senjata tajam yang tergantung di dekat kompor, satu pemikiran paling nekat terbersit di benak Radia.

Apa dengan melukai Reiki bisa membuatnya terbebas?

Perlahan Radia mendekati deretan pisau, meraih salah satu dan menyentuhkan mata pisau yang tajam ke pergelangan tangan. Jika tergores sedikit saja, pasti akan terluka.

Stay With Me { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang