***
Reiki tidak akan setega itu, kan?
Tidak akan sekejam itu pada Radia, kan?
Bagaimana pun juga Radia itu perempuan, apa tidak ada dispensasi?
Dilihat dari wajah serius itu, sepertinya Reiki tidak main-main.
Tangan Radia meremas selimut dengan tubuh gemetar hebat. Untuk ke dua kalinya ketakutan setengah mati berhadapan dengan Reiki yang sekarang terlihat lebih mirip malaikat maut.
"Jangan pergi, cuma itu permintaan gua. Apa sulit banget buat diturutin?" tanya Reiki menggeram.
"A-Aku cuma," Radia menelan saliva alot sebelum melanjutkan dengan suara lebih pelan, "mau pulang."
Bukan mereda, Reiki malah terlihat semakin geram mendengar lirihan itu, amarah yang coba ditekan tersulut kembali.
PRANGG!!!
Sekali lagi Radia terlonjak dari tempat duduk, menatap horor pada cermin lemari pakaian yang sudah hancur berkeping-keping karna tinjuan Reiki, serpihan kaca seketika berserakan jatuh di lantai marmer putih menandakan seberapa kuat laki-laki itu melampiaskan emosi pada lemari tak bersalah.
"Pulang. Pulang. Pulang. Ke mana lu mau pulang sedangkan gak ada yang butuh lu selain gua!?" balas Reiki lantang, tidak menutupi rasa butuhnya akan sosok Radia.
Menunduk sesaat sebelum menatap Radia lebih tajam seribu kali lipat dari sebelumnya.
"SEGITU PENGENNYA LU NINGGALIN GUA LAGI, RA!? SEGITU GAK MAUNYA LU DEKET GUA LAGI!! APA GAK CUKUP LU PERGI TANPA NGASIH TAU GUA SELAMA INI!? HAH!? JAWAB RADIA!! GUA SALAH APA!?" teriak Reiki menggelegar memenuhi seisi apartemen, tangan semakin mengepal kuat dengan gigi bergemeletuk mengerikan.
Radia menciut di tengah ketidakmengertian pada kalimat Reiki, meringkuk ketakutan tidak pernah melihat kemarahan sebesar ini ditunjukan padanya. Bahkan sebesar apapun kesalahan Radia, tidak pernah sampai diteriaki penuh kemurkaan seperti ini.
Selimut semakin Radia tarik untuk diremas, tubuh semakin tremor dengan keringat menggantung di dahi. Mata berkaca-kaca tidak berani menatap Reiki yang menghunus mematikan.
Secuil keberanian yang sempat Radia miliki untuk meminta dibebaskan tadi, kini menguap entah ke mana, hilang tak bersisa. Menghadapi Reiki yang seperti siap mengunyah sekarang lebih mengerikan dari berdiri di bibir jurang kematian.
Reiki menunduk, mata berkilat menangkap satu pecahan cermin seukuran pisau yang cukup untuk digenggam. Meraih benda itu dan langsung menerjang ke atas kasur mengagetkan Radia yang seketika memekik.
Mengesot mundur, Radia hampir terjungkal jatuh dari atas ranjang jika saja Reiki tidak menarik kaki hingga telentang di kasur. Mata Radia membola dengan iris bergetar hebat saat beling diacungkan ke tengah leher tepat di tenggorokan, siap menyayat kapan saja.
"Kalo lu tetep punya niat kabur dari sini, mending lu mati," kata Reiki bengis, tidak ada sorot gentar di mata meski yang diacungi benda tajam adalah seorang perempuan.
"Gua gak tau salah apa sampe lu benci dan lupain gua. Tapi gua gak bisa lepasin lu, Ra. Gak akan bisa setelah gua dapetin lu gini," kata Reiki dengan nada hampa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me { Tamat }
Teen Fiction[ Villain Angels Universe ] [ 🔞 Mature Content ] *** "K-Kenapa aku dibawa ke sini?" tanya Radia tergagap karena takut dan gugup. "Satu pertanyaan," kata Reiki mengangkat satu jari. "Lu ngerasa kenal gua?" tanya Reiki melanjutkan kalimatnya. "A-Aku...