14

1.7K 159 8
                                    

***

Reiki sedang bermain game online.

"Kamu gak mau ke mana-mana hari ini?" tanya Radia dengan hati-hati.

Menatap Reiki dengan mata berkedip polos. Tumben sekali laki-laki itu betah di sini, biasanya hanya datang untuk memberikan makan seperti kewajiban majikan pada peliharaan.

Apa mungkin Reiki masih khawatir Radia mencoba kabur lagi?

Reiki mengangkat alisnya, "kenapa emang?" Bertanya tanpa menatap Radia.

"Gakpapa. Gak biasanya aja," jawab Radia pelan.

"Mulai sekarang biasain," kata Reiki enteng.

Menatap, lalu terpaku saat melihat gadis itu mengangguk sambil mengemut jari telunjuk bekas coklat. Mengedip lambat, Reiki letakkan handphone ke sofa dan mematah sedikit coklat di tangan Radia, menekan hingga menodai jari sendiri. Radia mengerutkan alis saat jari itu tersodor di depan mulutnya.

"Emut," suruh Reiki dengan kilatan tidak sabar.

Radia menurut, membuka mulut dan memasukkan jari Reiki di sela bibir. Menatap dengan wajah polos, tidak mengerti. Reiki mengatup bibir rapat saat merasakan kehangatan mulut Radia. Mendesis sambil menarik keluar jari begitu lidah menyentuh dengan hisapan kecil.

Astaga, bagaimana bisa mulut gadis itu begitu menggoda hanya dengan mengemut jari. Sengatan imajiner Reiki rasakan di setiap kecapan lidah itu.

"Kenapa?" tanya Radia heran, melanjutkan memakan coklat kembali dengan tangan sendiri.

Reiki menggeleng, tanpa bicara mengangkat tubuh ringan itu untuk duduk dipangku.

"E-Eh-" Radia gelagapan menyadari betapa intim posisi mereka sekarang.

Tidak banyak jarak di antara mereka, dua tangan Reiki pun melingkari pinggang dan perut Radia.

"Ra," panggil Reiki dengan suara sedikit berbeda.

"I-iya?" sahut Radia.

"Lu harus nikah sama gua," cetus Reiki tiba-tiba.

"Hah?!"

Blank. Otak Radia kesulitan mencerna lima kata itu seketika.

Wajah bodoh Radia membuat Reiki sekali lagi menggeram yang tidak dipahami alasannya. Menarik tengkuk gadis itu untuk menyesap bibirnya, rasa coklat terkecap lidah begitu menerobos masuk mulut hangat itu.

Lama dalam ciuman hingga Reiki memisahkan diri, menghembuskan napas berat sebelum meletakkan dagu di pundak Radia, mata terpejam meresapi aroma tubuh khas dari ceruk leher.

Alis Radia semakin bertaut, kerutan di dahi berlipat ganda. Kenapa Reiki jadi tidak jelas seperti ini? Padahal tadi baik-baik saja.

Reiki raih bungkus coklat di tangan Radia, menyuapkan ke mulut itu. Dengan patuh Radia hanya perlu membuka mulut menerima potongan demi potongan coklat.

"Ngomong-ngomong, kamu masih gak ngasih tau nama ke aku," kata Radia setelah mengeluarkan jari Reiki dari mulut.

"Reiki," kata Reiki singkat memberitahu namanya.

Radia membulatkan mulut bergumam 'oh' pelan, berusaha memasukkan nama itu ke dalam memory yang sangat lemah. Tapi, sepertinya nama ini cukup mudah diingat, karena mereka tinggal satu atap dan otomatis sering bertemu.

"R, ya," gumam Radia pelan, menyadari kesamaan inisial nama mereka.

"Masih gak ngerasa familiar sama nama itu?" tanya Reiki kini penuh harap.

Stay With Me { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang