***
"Nama?" tanya Radia lagi, memiringkan kepala."Reiki," jawab anak laki-laki itu singkat.
Radia manggut-manggut sambil bergumam oh pelan.
Reiki kecil menatap gadis pendek di depan dengan kerutan samar di dahi, lalu tatapan kosong itu beralih pada tangan yang sudah bersih, hanya terlihat samar-samar warna merah saja.
Sebenarnya kucing itu dia sendiri yang membunuh, karna menurut Reiki sangat berisik, menganggu saat berjalan tadi.
Reiki menendang hewan itu hingga membentur tiang listrik, tidak sampai di situ, Reiki mencengkeram leher si kucing hingga jarinya tembus ke kerongkongan, baru setelah itu menginjak perut si hewan malang hingga benar-benar mati. Dan terakhir melempar ke depan rumah yang baru dilewati.
Cukup heran saat melihat gadis kecil yang baru di lihat Reiki ini dengan tanpa curiga membersihkan tangannya dari darah.
Lamunan Reiki, tentang pertemuan pertama dengan Radia dulu, buyar saat mendengar bel apartemen berbunyi, itu pasti dokter yang dihubungi tadi.
Segera Reiki ke luar kamar tempat Radia berada untuk membukakan pintu, tidak lama kembali lagi ke kamar bersama seorang dokter paruh baya dengan rambut yang sudah beruban.
"Periksa dia," suruh Reiki datar.
Dokter itu mengangguk lalu duduk di sisi kasur, sedangkan Reiki kembali ke posisi semula, memperhatikan Radia yang mulai diperiksa.
"Kok bisa parah gini, Den?" tanya dokter itu yang mengecek luka Radia dari atas kepala hingga ujung kaki.
"Korban penculikan," kata Reiki singkat tanpa menjelaskan lebih lanjut meski dokter itu jelas ingin mengetahui lebih tentang kronologis kejadian.
"Luka-lukanya memang kecil, paling parah yang di kaki ini harus dijahit karna dalam dan panjang. Untuk lebam dan lecet akan saya beri resep salep sekaligus obat nanti," kata dokter pria itu menjelaskan sambil mengecek luka di kaki yang masih berbalut celana jeans itu.
Reiki ikut menatap kaki yang terdapat luka. Tentu saja tau dari mana asal tusukan itu, karna dia pelakunya, melempari kaki Radia dengan pisau lipat yang tajam dan persentase keakuratan 90% tepat.
Dokter itu mengeluarkan alat-alat yang dibawa seadanya, mulai mengobati Radia setelah diperiksa, keadaan pasien yang pingsan membuat proses sedikit lebih mudah dan cepat.
Kurang lebih satu jam untuk dokter itu memberi penanganan pertama pada Radia hingga selesai. Lalu menuliskan beberapa resep obat dan salep yang harus Reiki tebus, juga menyarankan apa saja yang boleh dan tidak boleh Radia makan untuk sementara.
Segera pulang begitu tugas selesai.
Reiki menatap kertas resep, lalu beralih pada Radia di atas kasur. Menghembuskan napas pelan sebelum keluar dari kamar itu, tidak lupa mengunci pintu dari luar.
***
"Ma, ini udah dua hari loh Radia gak pulang. Mama gak khawatir gitu?" Maya bertanya di sela makan malam mereka yang senyap seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me { Tamat }
Teen Fiction[ Villain Angels Universe ] [ 🔞 Mature Content ] *** "K-Kenapa aku dibawa ke sini?" tanya Radia tergagap karena takut dan gugup. "Satu pertanyaan," kata Reiki mengangkat satu jari. "Lu ngerasa kenal gua?" tanya Reiki melanjutkan kalimatnya. "A-Aku...