Prolog

25.3K 653 1
                                    

Anzalia Karyl, di usia nya yang menginjak dua puluh lima tahun itu baru memulai bekerja setelah menamatkan pendidikan sarjana-nya. Kurang lebih 4 tahun lamanya Anzalia berjuang hingga membuahkan hasil yang memuaskan seperti saat ini.

Walaupun tidak bisa seperti orang lain di luar sana, gadis itu bersyukur bisa melanjutkan pendidikan-nya dengan beasiswa yang ia peroleh. Di tambah lagi, langsung mendapatkan pekerjaan setelah kelulusannya.

"Kak, besok jadi kan anterin aku interview kerja?" Tanya Anzalia pada Kakak laki-lakinya.

"Jadi dongg, tapi sama Buroq gak papa kan?"

"Gak papa lah, emangnya kenapa sih? Kan biasanya juga kemana-mana sama Buroq."

Aditya, satu-satunya saudara yang Anzalia punya. Kakak terbaiknya. Laki-laki yang sangat sayang terhadap Anzalia. Yang ia jaga sepenuh hati hingga adiknya tumbuh besar sampai saat ini.

Melihat keterdiaman Kakaknya, Anzalia sudah tahu jawaban apa yang Aditnya berikan. Aditnya tersenyum tipis, mengusap sebentar kepala adiknya lalu beranjak pergi untuk menyirami tanaman di halaman belakang. Rutinitasnya setiap sore.

Selagi Kakaknya menyiram tanaman, Anzalia mulai memasak makan malam di dapur kecil mereka.

Anzalia dan Aditya tinggal di kontrakan dengan dua kamar, kamar mandi, dan ruang tamu serta dapur yang dibatasi oleh rak. Kontrakan minimalis namun, mereka berdua sangat bersyukur karena mendapatkan tempat untuk berteduh.

•°•°•°•°•

Pukul tujuh pas, Anzalia sudah berada di perusahaan-nya tempat ia bekerja. Ia mengikuti arahan dari seorang wanita yang menurut Anzalia adalah seorang Sekretaris.

Dahinya mengerut, ketika ia dan wanita tersebut tiba di satu-satunya ruangan yang ada di lantai ini. Anzalia mellihat wanita di sebelahnya lalu melihat pintu di depannya. "Maaf Bu, bukannya saya harus interview dulu dengan HRD ya?"

Wanita itu tersenyum formal, menanggapi keheranan Anzalia. "Beliau sendiri yang meminta anda langsung datang ke ruangannya." Setelahnya ia pamit undur diri.

Anzalia menatap pintu di depannya, gelegatnya sangat mudah sekali ditebak jika dirinya sangatlah gugup. Usai mengetuk pintu, gadis itu bertambah gugup saat mendengar suara khas pria dewasa dari dalam.

Kakinya terasa sangat pelan sekali melangkah, jantungnya berdebar tidak karuan saat pria tersebut terus menatap Anzalia.

"Permisi Pak, saya Anzalia Karyl yang melamar pekerjaan sebagai Software Engineer beberapa hari yang lalu."

Pria itu mengulurkan tangannya, berjabat tangan dengan Anzalia. "Kau sudah bisa mulai bekerja besok." Ucapnya, tak lupa seringai tipis terbit di bibirnya.

"Terima kasih Pak, kalau begitu saya permisi." Anzalia pamit undur diri, senyumnya selalu terpatri di wajahnya usai mendengar kabar baik tersebut.

Sean menikmati harum di tangannya yang memabukkan. "Gadis-ku tumbuh dengan baik."

•°••°••°•

To be continue.

Wellcome di cerita barukuu:)

Semoga kalian suka.

A Sean ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang