Anzalia memberhentikan langkahnya, melepas genggaman tangannya dengan lembut. Sedikit mendongak keatas menatap Sean yang lebih tinggi darinya.
"Aku bawa mobil sendiri."
Sean menghela napas lelahnya. "Bahkan kamu masih belum sembuh, Anzalia. Mengapa kamu mengemudi dan berpergian sendiri?"
Gadis itu tak ingin mereka berdebat masalah sepele seperti ini ditempat umum. Kakinya yang kecil membawa Anzalia menuju dimana ia memarkirkan mobilnya diikuti Sean yang tampak lelah.
Sean mencekal lengan Anzalia sebelum gadis itu masuk ke kursi kemudi. "Biar aku yang menyetir."
Dengan muka masamnya, Anzalia memasuki rumah disusul oleh Sean yang sedari tadi memperhatikan raut muka gadis-nya. Tentu ia tahu apa yang menyebabkan Anzalia seperti itu.
Gagal sudah Anzalia untuk menikmati waktu sendirinya tanpa seorang Sean. Padahal ia ingin berlama-lama menikmati masa kebebasannya sejenak saja.
Rasanya kurang puas karena hanya makan di restoran mahal. Ia bahkan tidak sempat berkeliling dan mencari jajanan yang berada di pinggir jalan.
Huh! Menyebalkan sekali.
Anzalia tidak peduli tentang Sean yang tampak diam dan tidak memerintah ini itu pada dirinya. Malah ia senang tidak mendengar nada perintah dari Pria itu.
"Kaindra sedang tidur, Bu?" Tanya Anzalia pada pengasuh Kaindra.
Wanita paruh baya itu tersenyum tipis dan berkata dengan nada yang sopan pada Anzalia. "Sudah nona, baru saja."
"Siapa yang kau sebut nona itu?" Suara bernada dingin itu menyentak pengasuh Kaindra. Sean berhenti di pertengahan tangga dengan posisi membelakangi mereka berdua.
Wanita itu langsung membungkuk, meminta maaf karena ketidaksopanannya pada sang majikan. "Maafkan saya Tuan."
Sean melirik Anzalia. "Ikut aku, Anzalia. Tidak ada bantahan."
Anzalia menghela napas, kemudian mengikuti langkah panjang Pria gila itu. "Dasar Pria gila hormat." Gerutunya.
"Duduk."
Sean melepaskan jas mahalnya, lalu melipat kemeja hingga siku. Kedua tangannya dimasukkan kedalam kantung celana, berdiri menjulang didepan gadis-nya.
Mereka berdua diam, Sean yang sedang menatap Anzalia sementara gadis itu membuang muka. Malas menatap Sean.
Sean menunggu kata-kata dari Anzalia, namun gadis-nya sama sekali tidak mau membuka mulut. "Tidak mau mengatakan sesuatu?"
"Kamu yang menyuruhku kesini, mengapa aku yang disuruh bicara."'
Tangan berurat Sean memegang kedua pundak Anzalia, sehingga gadis-nya menghadap kearahnya.
"Mengapa kamu pergi tanpa sepengetahuanku, hm?"
"Karena aku lupa."
Pria gila itu terkekeh ringan, entah kenapa jawaban Anzalia membuatnya marah. "Bagaimana kamu bisa lupa, Anzalia." Sean menggeram marah.
"Maksud kamu apa, Sean? Ini hanya masalah sepele, kenapa kamu bisa semarah ini."
Lagipula wajar saja jika Anzalia lupa, namanya juga manusia. Anzalia menatap tajam kedalam bola mata hazel milik Sean.
"Ini peringatan terakhirku. Jika kamu seperti ini lagi kedepannya, kamu pasti tau siapa aku, baby." Desis Sean tepat ditelinga Anzalia.
Tentu Anzalia tahu siapa Sean. Pria gila, pemaksa dan menyebalkan yang pernah Anzalia temui. Sialnya ia malah menaruh perasaan terhadap Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sean Obsession
ChickLit[Sebuah cerita klasik] Obsesi seorang Sean terhadap gadis kecil 18 tahun yang lalu membuatnya menjadi pria yang mengerikan. Jamin Uinseann Herwit, pria dewasa yang tergila-gila dengan Anzalia. Gadis kecil yang sudah mengacaukan pikiran Sean. "And i'...