"Kamu hanya terpaksa, kan?"
Sean memejamkan matanya, merasa marah dengan keraguan Anzalia. Raut wajahnya berubah keruh dan rahang yang mengeras.
"Aku sudah mengikuti kemauanmu, lantas apa yang membuatmu ragu?!" desis Sean.
Anzalia memalingkan wajahnya, tidak berani menatap langsung ke arah Sean yang mengintimidasinya.
Mulutnya tidak terbuka sedikitpun untuk menjawab Sean. "Sebenarnya apa mau mu, Anzalia Karyl?"
"Kenapa kamu selalu meragukanku? Tidak cukupkah kamu untuk mempercayaiku, hm?!"
"Aku...aku hanya-"
Semua kata yang akan Anzalia ucapkan hanya sampai kerongkongannya saja. Ia tidak mampu berbicara lebih pada Sean yang saat ini manatap penuh tuntutan.
Bayangan buruk menghampirinya ketika ia berusaha untuk berbuat lebih jauh. Berusaha untuk mengambil keputusan dalam hidupnya. Semuanya terasa menyakitkan.
"Aku tidak yakin dengan keputusanku ini, Sean."
Akankah dirinya bisa lebih bahagia ketika ia bersama dengan Sean? Ataukah ini semua hanya tipu daya seorang Sean? Atau yang lebih parahnya, ia hanya terjebak oleh obsesi gila Pria ini?
Kenapa semuanya terasa meragukan saat Anzalia ingin mengambil keputusan besar ini!?
"Hey, lihat aku. Lihat mataku, tenangkan pikiranmu terlebih dahulu." seakan tahu perasaan gundah yang meliputi hati gadis-nya Sean berusaha menenangkannya.
Tatapan mata hazel itu membuat Anzalia berangsur tenang. Aneh, ini bukanlah Sean yang seperti biasanya. Pancaran matanya terasa berbeda ketika mata cokelatnya semakin menyelami kedua bola mata hazel Pria gila itu."Aku tidak meragukanmu, aku hanya meragukan diriku sendiri."
Sean memang tidak menanggapi perkataan yang keluar dari mulut gadis-nya. Namun tatapan matanya mampu membuat sang gadis mengeluarkan kata demi kata yang membuatnya merasa lega.
"Aku akan menikah denganmu, sungguh." lirih Anzalia yakin.
Seulas senyum teduh tercetak di bibir Sean. Tanganya bergerak mengelus kepala gadis-nya, perasaan membuncah bahagia mengisi sebagian hatinya.
Wajah Sean maju beberapa senti, namun Anzalia segera menjauhkan wajahnya. "Mau apa kamu, Sean?"
Pria itu terkekeh kemudian mengecup lama kening Anzalia. Tidak lama setelahnya, Anzalia menciptakan jarak diantara keduanya.
Syukurnya, Sean tidak protes. Kedua iris mata hazel Pria itu terus saja menatap Anzalia sampai membuat gadis itu gugup ditatap sedemikian rupa.
Beberapa menit dilewati dengan keheningan yang melanda mereka berdua. Keduanya berpikiran sama, apakah keputusan ini akan mengubah seluruh hidupnya?
Apakah keputusan ini memang murni dari hatinya atau keadaan yang memaksa?
"Bagaimana kalau kita mengenal satu sama lain terlebih dahulu?" tanya Anzalia.
Gadis itu masih belum mengenal sepenuhnya siapa Sean. Bagaimana kehidupan Pria itu yang sebenarnya. Tentang orang tua Sean yang tidak pernah Pria itu singgung selama Anzalia berada disini.
Jujur saja, setelah wanita yang menurut Anzalia 'Mama' Sean itu muncul. Ia semakin penasaran dengan keluarga Pria itu. Mengingat jika wanita yang menemuinya waktu itu masih muda atau bahkan hanya terpaut beberapa tahun lebih tua dari Sean.
"Kita sudah saling mengenal, baby."
Anzalia mengernyitkan dahi, lalu menjawab dengan lugas. "Itu kamu, bukan aku. Kamu tahu semuanya tentang diriku. Semuanya. Sedangkan aku? Aku masih belum tahu mengenai dirimu, Sean."

KAMU SEDANG MEMBACA
A Sean Obsession
ChickLit[Sebuah cerita klasik] Obsesi seorang Sean terhadap gadis kecil 18 tahun yang lalu membuatnya menjadi pria yang mengerikan. Jamin Uinseann Herwit, pria dewasa yang tergila-gila dengan Anzalia. Gadis kecil yang sudah mengacaukan pikiran Sean. "And i'...