Sinar mentari pagi samar-samar menerobos masuk melalui tirai jendela. Hari masih pagi namun, sinarnya mampu membuat seorang pria terbangun dari tidurnya.
Pria itu tersenyum simpul melihat pemandangan didepannya pagi hari ini. Tangannya perlahan mengusap lembut pipi sang gadis, gerakannya teramat hati-hati takut membangunkan sang gadis.
"Di saat tidur saja kamu sangat cantik baby."
Beberapa saat kemudian, Anzalia mengerang pelan. Tangannya mencari selimut kemudian meringkuk seperti bayi dalam rahim. Sean menenangkan Anzalia agar tidak terbangun dengan cara menepuk-nepuk kepala gadis-nya.
"Maaf karena membuatmu tidak nyaman, ini semua aku lakukan karena aku mencintaimu lebih dari apapun. Kalau saja kamu menuruti semua ucapanku, hal ini tidak akan terjadi baby."
Tiba-tiba saja handphone Sean berdering. Tangan kirinya menggapai Handphone miliknya di atas nakas.
"Maaf Tuan, untuk keberangkatan anda menuju Swiss sudah saya undurkan satu hari."
Pria itu langsung mematikan sambungan telepon kala Sekretarisnya sudah selesai berbicara. Sebelum beranjak membuat makanan untuk gadis-nya, ia menatap lamat-lamat wajah tidur Anzalia.
Meski Sean sangat sibuk mengurus perusahaannya, ia sangat mahir memasak. Dari makanan khas nusantara hingga makanan Internasional.
Pagi ini Sean hanya menyiapkan beberapa potong Sandwich untuk sarapan. Menu yang simple dan ringan untuk dimakan di pagi hari. Tak lupa segelas susu putih untuknya dan segelas susu coklat untuk gadis-nya.
Setelah selesai menata makanan di meja, Sean segera membangunkan Anzalia.
"Hey, wake up baby." Bisik Sean dengan lembut tepat disamping telinga Anzalia.
Anzalia membuka matanya perlahan, pandangan pertama yang ia lihat adalah Sean tersenyum padanya. Huh sapaan pagi yang mengerikan.
"Kenapa aku bisa ada disini lagi." Anzalia menatap sayu Sean. Gadis itu menggigit bawah bibirnya dan menunduk. Menahan tangis nya agar tidak keluar.
"Kamu mandi dulu, aku akan menyiapkan bajunya."
Seakan tidak melihat gadis-nya tengah bersedih, Sean beranjak mengambilkan pakaian ganti gadis-nya yang berada satu lemari dengan pakaiannya. Setelah itu ia menunggu diluar kamar.
Anzalia memegang kepalanya yang terasa pusing. Baru bangun tidur beberapa menit yang lalu saja ia sudah menghela napasnya berkali-kali. Kemudian ia beranjak untuk mandi tak lupa mengambil pakaian yang telah disiapkan oleh Sean.
"What the fuck?! Kenapa dia bisa tau ukuran semua baju dan celanaku. My underwear too?" Anzalia melotot tidak percaya. Sungguh gila memang pria itu.
Ini adalah hal privasi sebagai perempuan. Tetapi mengapa Sean bisa tahu hal yang hanya Anzalia tahu saja.
"Fucking jerk!!"
Sean tersenyum tipis begitu melihat Anzalia berjalan ke arah meja makan. Mereka berdua sarapan dalam keheningan. Anzalia yang memang tidak mau mengobrol dengan pria di depannya juga Sean yang biasa makan tanpa obrolan.
Pria itu diam-diam tersenyum melihat Anzalia menghabiskan sarapannya. Menu kali ini adalah salah satu makanan kesukaan sang gadis.
Gadis berpakaian santai itu menatap dingin Pria di depannya. "Kenapa Pak Sean bisa tahu ukuran semua pakaian saya?"
"Because i love you."
Anzalia terkekeh sinis, memalingkan sejenak wajahnya. "Love? I just found out about this crazy love."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sean Obsession
ChickLit[Sebuah cerita klasik] Obsesi seorang Sean terhadap gadis kecil 18 tahun yang lalu membuatnya menjadi pria yang mengerikan. Jamin Uinseann Herwit, pria dewasa yang tergila-gila dengan Anzalia. Gadis kecil yang sudah mengacaukan pikiran Sean. "And i'...