Anzalia mendongak menatap ketinggian gedung yang berada didepannya ini. Ia bahkan sampai pusing dan mual melihat betapa tingginya gedung yang saat ini menjadi tujuan Sean.
Gadis itu terus mengikuti Sean tanpa ada bantahan sedikit pun. Walaupun tinggal lama di negara ini, tapi ia tidak tahu ada gedung pencakar langit disini.
Maklum saja, selama berada disini Anzalia hanya sesekali jalan-jalan atau sekedar melihat keramaian kota. Setiap harinya selalu belajar dan belajar. Saat ada waktu senggang pun jika tidak belajar maka ia akan mengistirahatkan otak dengan membaca buku.
Sama saja bukan? Tapi Anzalia menyukainya.
"Ini milik kamu?"
Sean mengangguk sekali, "Ya, tentu saja."
Mereka berdua memasuki sebuah kamar yang luas, kamar ini berada dilantai 11 ketika Anzalia melihat sekilas saat Sean menekan tombol lift.
Tatapan Anzalia jatuh pada pemandangan kota di malam hari saat ini. Kakinya berjalan pelan menuju balkon, ingin melihat dengan dekat.
"Jangan keluar, udara semakin dingin."
"Hanya sebentar."
"Aku baru tau Moskow dimalam hari seindah ini."
Sean tersenyum tipis, ia memberikan secangkir cokelat panas pada gadis-nya.
"Ya, tapi sayang sekali, kita berada disini hanya sebentar."
Tangan kiri Anzalia mengusap pelan cangkirnya sebelum meminum cokelat hangat. Hawa dingin yang menusuk tubuhnya ia hiraukan, Anzalia ingin menikmati keindahan ini sebentar. Karena setelahnya Anzalia tidak tahu apakah ia bisa menikmati pemandangan seperti ini di lain waktu.
Anzalia yakin bahwa kedepannya ia tidak mudah untuk sekedar menikmati waktu luangnya. Rasanya akan ada hal yang lebih berat menantinya di depan sana.
"Masuk dan tidurlah. Aku akan menyusul nanti."
Anzalia melirik tajam Sean, mulutnya tidak berhenti mencibir Pria gila di sampingnya ini. Memangnya siapa yang menginginkan Pria itu untuk menyusul dirinya? Tidak ada!
"Sean aku tidak mau satu kamar denganmu."
Sean hanya diam, pandangannya lurus. Anzalia tidak tahu apa yang ada dipikiran Pria itu. Tapi yang pasti, Sean sedang menahan amarahnya.
Sebisa mungkin Anzalia akan menentang Sean jika menurutnya ada kesalahan. Walaupun ia akan terkena amarah Pria itu, dirinya tidak akan menyerah.
Anzalia akan menanggung semua konsekuensinya.
"Tidurlah." hanya satu kata itulah yang membuat Anzalia beranjak dari tempatnya.
Perasaan gadis itu lega, karena tahu Sean akan menuruti permintaannya kali ini. Sean tidak membantah yang berarti Pria itu setuju akan kemauannya.
Dan terbukti ketika Anzalia bangun tidak ada tanda-tanda Sean tidur dengannya. Seprai di sampingnya tampak rapi.
Gadis yang memakai piama berwarna krem itu melangkah menuju dapur. Dahinya tampak mengerut melihat susu hangat dan beberapa potong roti yang tersaji di meja.
"Tumben Sean buat sarapan." Mata indahnya menelisik sekitar, namun tidak ada Sean. Mungkin saja Pria itu sedang berolahraga, rutinitas Sean setiap pagi.
Anzalia mencari keberadaan Sean dengan tangannya yang memegang susu dan piring. Ia pun duduk menghadap Sean yang membelakangi nya.
Sean adalah Pria yang sibuk tapi, Pria itu bisa mengatur waktu hingga kehidupannya benar-benar produktif. Berbeda dengan Anzalia yang terkadang tidak bisa mengatur waktunya dengan tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sean Obsession
ChickLit[Sebuah cerita klasik] Obsesi seorang Sean terhadap gadis kecil 18 tahun yang lalu membuatnya menjadi pria yang mengerikan. Jamin Uinseann Herwit, pria dewasa yang tergila-gila dengan Anzalia. Gadis kecil yang sudah mengacaukan pikiran Sean. "And i'...