"Dek?" Aditya beberapa kali mengetuk pintu kamar milik adiknya. Namun tidak ada sautan dari dalam kamar tersebut, membuat Aditya membuka pintu dengan perlahan.
Niat untuk memanggil sang adik ia urungkan saat melihat Anzalia mengamati sebuah foto. Pria yang sudah terlihat segar itupun menghela napasnya lalu, mendekati Anzalia.
"Ada apa?"
Tepukan pelan dibahu Anzalia menyadarkannya dari lamunan, buru-buru gadis itu menutup handphone nya takut jika Aditya melihat kebiasaannya itu.
Menggeleng pelan, Anzalia menjawab dengan gelisah. "Nggak papa kok kak."
Aditya tahu Anzalia sedang berbohong. Kedua tangan besarnya memegang erat masing-masing pundak sang adik. Mata tajamnya menatap penuh ketegasan pada bola mata cokelat milik Anzalia.
"Jujur sama kakak. Sebenarnya kamu mencintai Sean kan?" tanya Aditya secara tiba-tiba.
Pupil mata Anzalia membesar lantaran terkejut mendengar penuturan dari sang kakak yang menurutnya sangat mendadak. Bibir tipisnya terkatup rapat, tidak sanggup memberikan jawaban barang sepatah katapun.
Beberapa kali Anzalia menelan ludahnya dan bergerak gelisah. Sekeras apapun dirinya menyembunyikan sebuah fakta, nyatanya Aditya juga akan tahu nantinya.
"Ayo jujur sama kakak. Kakak akan dengerin semuanya, hm?"
"Kak Adit tahu kan Sean orangnya gimana, aku takut nanti semuanya makin memburuk kalau aku...nerima Sean."
"Semua keputusan ada ditangan kamu. Masalah menerima atau nggak nya kakak akan memaklumi itu semua. Karena yang terpenting adalah kebahagiaan kamu."
Air mata memenuhi mata Anzalia, "Aku gak tahu harus gimana."
Kedua tangan Aditya memeluk erat sang adik, telapak tangannya mengelus lembut punggung Anzalia. Menyalurkan rasa kasih sayangnya yang besar terhadap adik satu-satunya.
Tak dapat dipungkiri betapa khawatirnya Aditya jika Anzalia memilih untuk bersama Sean. Walaupun Sean orang terdekatnya sekalipun tetapi, segala sifat dan kelakuan Sean takut membuat ia menjerumuskan Anzalia ke hal yang buruk.
Aditya juga tidak menyangka seorang Sean bisa berbuat hal diluar nalarnya pada sang adik.
"Kakak tahu ini bukan waktu yang tepat. Niko sebenarnya izin ke kakak untuk dekati kamu, tapi kakak belum bilang apa-apa ke Niko."
Anzalia melepas pelukan kakaknya, menatap heran pada Pria didepannya. "Niko? Kok bisa?"
Pria yang hampir mirip dengan Anzalia itupun menggeleng pelan, "Kak Adit juga nggak tahu."
"Dek, semua keputusan ada di kamu, apapun akhirnya, kakak akan dukung semua itu."
Berat bagi Anzalia ketika dihadapi dua pilihan sekaligus. Lalu ia menghembuskan napasnya berat, kelopak matanya menutup sekilas sebelum menatap yakin pada Aditya.
"Aku akan pilih diriku sendiri. Hidup bersama kak Adit dan Ayah sudah lebih dari cukup bagiku. Tidak ada Sean atau siapapun." putus Anzalia, kemudian ia berdiri dari duduknya dan bersiap pergi dari kamarnya sebelum sebelah tangan Aditya mencegahnya pergi.
Aditya sedikit terkejut mendengar jawaban sang adik, ia tahu tatapan mata Anzalia tidak bisa berbohong. "Kakak yakin bukan itu yang kamu mau."
Sudut mata Aditya melihat perubahan ekspresi pada wajah adiknya. "Kamu tidak ingin meninggalkan Sean, bukan?"
"Kak Adit sebenarnya kenapa sih? Kakak yang bilang sendiri kalau semua keputusan ada di aku, sekarang aku udah putusin semuanya, dan sekarang kakak gak terima keputusan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sean Obsession
Chick-Lit[Sebuah cerita klasik] Obsesi seorang Sean terhadap gadis kecil 18 tahun yang lalu membuatnya menjadi pria yang mengerikan. Jamin Uinseann Herwit, pria dewasa yang tergila-gila dengan Anzalia. Gadis kecil yang sudah mengacaukan pikiran Sean. "And i'...