Anzalia tersentak mendengar suara nyaring dari bayi lucu itu. Ia meregangkan badannya yang terasa pegal akibat tidur dengan posisi duduk menyandar di headboard semalam.
Waktu menunjukkan pukul enam pagi. Pantas saja Sean tidak ada disini. Mungkin Pria itu sedang bersiap untuk bekerja.
Mengingat Sean adalah Pria yang disiplin. Sekalipun ia bekerja di perusahaan nya sendiri.
"Baby Kai udah laper ya." Gadis manis itu menggendong Kaindra dengan hati-hati. Kakinya melangkah menuju dapur, membuatkan susu untuk Kaindra yang masih menangis sesenggukan.
"Cup-cup bentar yaa..."
Kaindra meminum dengan rakus susunya, membuat Anzalia tersenyum kecil dan menghiraukan Pria didepannya yang sedang menatap dirinya.
"Jangan mengabaikanku, Anzalia."
"Aku tidak mengabaikanmu, Sean." Jawab Anzalia.
Sean melemparkan handphone-nya keatas meja hingga menimbulkan suara nyaring. Ia bersedekap dada dan menyandarkan punggung tegapnya pada kursi. Mata hazelnya menatap Anzalia.
"Aku akan benar-benar membuang dia jika kamu masih mengabaikanku, Anzalia."
Bahunya meluruh, ia menghembuskan napas kasar lalu mata lelahnya menatap Pria gila itu.
"Dia yang kamu maksud itu punya nama, Sean. Dan lagi, ini anak kamu. Seharusnya kamu yang mengurusnya. Bukan malah aku." Lirihnya diakhir kalimat.
Pria ber-setelan jas itu memijat pelipisnya lelah. Lelah dengan permasalahan yang bahkan bukan perbuatannya. Ia pikir gadis-nya tidak perlu tahu untuk sekarang ini, awal mula anak itu sampai berada didunia ini.
Sean harus bisa membuat gadis-nya patuh dan menerima dirinya terlebih dahulu. Baru ia akan menceritakan semuanya.
Pria itu takut Anzalia akan meninggalkannya saat ia menceritakan masa lalunya yang menghadirkan anak itu. Bukankah jika Anzalia bisa mencintainya, maka gadis-nya tidak akan meninggalkannya apapun yang terjadi?
Ya, Sean harus membuat yakin Anzalia pada dirinya.
"Dan kenapa kamu kukuh untuk merawat dia?"
Anzalia memperhatikan Kaindra yang tertidur damai. "Karena aku tau rasanya hidup tanpa seorang ibu, apalagi Kaindra ditinggal ibunya sejak kecil."
"Kaindra?" Dahinya sedikit mengerut mendengar nama itu.
Anzalia mengangguk membenarkan. "Anak kamu." Tekannya.
Sean tidak menyangka anak itu akan berada disini. Andai saja ia bisa menemukan wanita itu, maka anak ini tidak akan berada disini bersamanya.
Wanita itu ternyata lebih gila dari yang Sean duga.
"Ayo kita menikah."
Sean mengangkat pandangannya, menatap datar pada Anzalia. Ia menyeringai kemudian berkata dengan nada rendah khasnya. "Kamu memang membuatku gila, Anzalia."
"Aku serius." Ucap Anzalia tanpa ragu.
Pria gila itu berdiri dari duduknya lalu menghampiri Anzalia. Ia sedikit menunduk mensejajarkan wajahnya dengan wajah gadis-nya.
"Sampai nanti." Bisiknya lalu bibirnya mengecup lembut dahi Anzalia.
Anzalia membeku beberapa detik sebelum tersadar dan langsung menuju kamar. Pipinya memerah dengan jantung yang berdetak lebih cepat.
"Aih Pria itu sungguh gila!"
Gadis itu meletakkan Kaindra di tengah-tengah kasur. Lalu ia mengambil handphone-nya dan mengetikkan pesan singkat pada Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sean Obsession
ChickLit[Sebuah cerita klasik] Obsesi seorang Sean terhadap gadis kecil 18 tahun yang lalu membuatnya menjadi pria yang mengerikan. Jamin Uinseann Herwit, pria dewasa yang tergila-gila dengan Anzalia. Gadis kecil yang sudah mengacaukan pikiran Sean. "And i'...