Hari ini Sean meliburkan diri untuk menjaga gadis-nya yang sedang sakit. Seperti biasa, ia menyiapkan sarapan bubur untuk pagi ini.
Sean membantu Anzalia bangun dan bersandar di Headboard. Pria itu meniup bubur sebentar sebelum menyuapkan pada Anzalia.
"Masih pusing?"
"Lumayan."
"Kamu gak kerja?"
Pria itu meletakkan mangkuk kosong diatas nakas. "Hari ini aku ingin quality time sama kamu."
"Tapi akunya yang gak mau." Ucap Anzalia bercanda.
"Anzalia Karyl." Anzalia mengalihkan pandangannya untuk tidak menatap Sean. Pria gila itu terlihat mengerikan dengan raut wajahnya yang datar.
Sedang sakit saja Anzalia mudah sekali memancing emosi Sean.
"Bercanda padahal." Gumam Anzalia lirih.
Sean menghela napasnya, kemudian membaringkan Anzalia dan memeluknya. "Tidur, kamu belum sepenuhnya pulih."
"Tapi, aku kan baru aja bangun."
"Anzalia, kamu masih ingat kan. Tidak boleh membantah sedikitpun." Perintah Sean mutlak.
Anzalia berdecak pelan. Ia mengira jika dirinya sedang sakit maka Sean tidak akan sekeras ini terhadapnya, namun semua sama saja.
"Tapi aku gak bisa tidur lagi."
Sean mengelus kepala Anzalia dan menepuk-nepuk pelan punggung sang gadis. Terbukti tindakan Sean dapat membuat Anzalia tertidur kembali.
Hari sudah sore, Anzalia juga sudah sembuh dari sakitnya. Kini, ia sedang bersantai di balkon kamar Sean dengan secangkir teh hangat.
Entah dimana alamat rumah ini, Anzalia merasa asing dengan tempat ini. Di balkon kamar Sean, gadis itu bisa melihat luasnya hamparan pepohonan yang rindang.
Anzalia menyesap teh hangatnya, memejamkan matanya sekejap untuk menikmati rasa teh yang sudah lama gadis itu tidak meminumnya.
Setelah bekerja, jarang sekali Anzalia bisa santai sambil meminum teh hangat seperti ini. Apalagi pemandangan di depannya terasa sangat indah. Membuatnya merasa melupakan masalahnya sejenak.
"Dari senja aku belajar, setiap hal indah harus melalui hal yang menyakitkan." Gumam Anzalia ketika Sean duduk disebelahnya. Suara nya memang terdengar samar, namun Sean dapat menangkap jelas maksud dari perkataan gadis-nya.
Sean tidak peduli, yang terpenting Anzalia selalu dibawah kuasanya.
Cahaya matahari yang mulai terbenam memancarkan sinarnya pada mereka berdua. Membuat kulit Sean yang putih bersih nampak kontras. Dan Anzalia yang semakin manis dengan kulit sawo matangnya.
Pria itu sampai tidak berkedip melihat gadis-nya. Ia semakin terpikat dengan pesona Anzalia.
"Apa aku harus bersama denganmu disini?" Pertanyaan Anzalia membuyarkan lamunan Sean.
"Tentu saja iya."
Anzalia menunduk, memainkan jari-jari tangannya. "Kalau Kak Adit tau bagaimana?"
"Aditya akan dipindah tugaskan ke luar kota."
Anzalia membelalak kaget. "Kenapa?" Gadis itu melihat tak percaya pada Pria disampingnya.
Gadis itu tidak percaya akan perkataan Sean barusan. Gila! Sean semakin bertindak seenaknya.
"Agar tidak ada halangan untukku bertemu denganmu lagi, Anzalia."
Dahinya mengerut tidak percaya. Kakaknya adalah halangan bagi Sean mendekati Anzalia dia bilang? Oh, Anzalia tidak percaya ini. Bagaimana mungkin Sean menganggap teman dekatnya seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sean Obsession
ChickLit[Sebuah cerita klasik] Obsesi seorang Sean terhadap gadis kecil 18 tahun yang lalu membuatnya menjadi pria yang mengerikan. Jamin Uinseann Herwit, pria dewasa yang tergila-gila dengan Anzalia. Gadis kecil yang sudah mengacaukan pikiran Sean. "And i'...