"Kenapa kamu bisa seyakin ini, Sean?"
Anzalia bertanya pada Pria yang berjalan disampingnya. Mereka berdua memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak sebelum kembali kerumah. Walaupun hari sudah malam tetapi Anzalia berhasil membujuk Sean agar menuruti keinginannya.
Bibir Pria itu mengecup punggung tangan gadis-nya. "Kamu sudah bertanya itu lebih dari tiga kali, baby."
Senyuman bahagia tidak dapat dibendung oleh Anzalia, hatinya berbunga-bunga.
"Aku terlalu senang sampai tidak sadar sudah bersikap berlebihan."
Senyuman tipis terbit di bibir milik Sean sebagai respon. Pria itu tidak berhenti mengecup tangan gadis-nya. Tentu Sean sangat bahagia lamarannya diterima baik oleh pujaan hatinya. Penantian panjangnya akhirnya menemukan titik terujung yang membawanya untuk memiliki kehidupan berdua dengan sang gadis.
Anzalia berhenti lalu menghadap Sean yang juga memperhatikannya. Sejenak gadis itu memperhatikan tautan tangan mereka berdua, sebelum berkata. "Terimakasih sudah memilihku diantara banyaknya wanita di sekelilingmu. Terimakasih karena sudah menungguku bertahun-tahun lamanya."
Seperti biasa, Sean hanya tersenyum tipis. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut Pria itu. "Baiklah, malam ini sudah cukup, ayo kita pulang. Udara semakin dingin." ucap Anzalia sambil melepaskan genggaman Sean dan merapatkan jas milik Pria itu yang tersampir ditubuhnya.
Pria itu tersenyum miring, memasukkan kedua tangannya ke saku celana kemudian menyusul gadis-nya. "Menggemaskan sekali."
Anzalia tidak menyangka di umurnya yang masih terbilang muda ini akan menikah. Padahal dulu ia berencana menikah di umur tiga puluh, atau setidaknya sampai dirinya benar-benar menikmati masa lajangnya.
Bekerja sesuai passion nya, solo trip ke berbagai daerah hingga mencoba hal-hal baru yang dulu tidak pernah ia coba sebelumnya. Yah, itu semua sudah tersusun rapi kedalam list Anzalia kedepannya.
Tetapi, sepertinya ia bisa mengajak Sean untuk melakukan beberapa hal angannya. Kakinya melangkah riang menuju boks Kaindra, tidak lupa membawa hadiah yang ia janjikan pada bayi kecil itu.
"Baby, kamu sudah tidur yaa." Anzalia menyesal telah pulang larut, belakangan ini dirinya jarang sekali menemui Kaindra. Dan malam ini ia teringat dengan hadiah yang ia beli waktu di mall beberapa hari yang lalu.
Bayi itu terlihat menggemaskan ketika tertidur, senyuman cerah terbit di wajah lelah Anzalia. "Sleep tight, sayang." gumamnya lirih lalu mendaratkan kecupan lembut di dahi Kaindra.
Setelahnya Anzalia mengganti pakaiannya, kemudian mulai beranjak tidur karena hari sudah semakin larut. Kedua matanya terasa lengket sekali, tetapi pikirannya masih terjebak ke beberapa jam yang lalu.
Sean, Pria itu benar-benar melamarnya. Pipinya bersemu merah, ia menggigit gemas ujung bedcover. "Semoga ini bukan mimpi." pekiknya tertahan.
Entah seberapa senang dirinya dengan situasi seperti ini. Masih terasa tidak mungkin bagi Anzalia saat Sean melamarnya di sebuah restoran mewah. Tangan kirinya terangkat, memperlihatkan cincin berlian yang berkilau indah di bawah cahaya lampu.
Senyuman tipis terbit di wajah manis Anzalia, untuk kesekian kalinya dirinya tersipu sekaligus terharu. Tidak pernah sekalipun gadis itu tidak bersyukur atas semua yang ia terima selama ini.
•°•°•°•°•
Anzalia melangkah menuju ruang makan dimana Sean sudah menunggunya di kursi paling ujung. Pria itu tampak rapi seperti biasanya, berbeda dengan dirinya yang memakai pakaian rumahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sean Obsession
ChickLit[Sebuah cerita klasik] Obsesi seorang Sean terhadap gadis kecil 18 tahun yang lalu membuatnya menjadi pria yang mengerikan. Jamin Uinseann Herwit, pria dewasa yang tergila-gila dengan Anzalia. Gadis kecil yang sudah mengacaukan pikiran Sean. "And i'...