ASO-PART 26

2.6K 91 3
                                    

Setelah Anzalia benar-benar pulih sekitar tiga minggu lebih, Sean tidak akan menunda lagi keberangkatan mereka berdua menuju tempat dimana Pria itu dilahirkan.

"Ayo."

Pria yang memakai kemeja putih berlapis mantel tebal itu menggandeng Anzalia menuju mobil yang menjemput mereka. 

Rasa lelah Anzalia seketika berubah menjadi rasa gugup. Penghangat mobilpun kini terasa panas sekali ditubuhnya. Padahal disini sedang musim dingin, tetapi suhu tubuh Anzalia mendadak menjadi panas dan beberapa bagian tubuhnya mengeluarkan keringat.

"Kamu terasa panas, baby?"

Anzalia menoleh, sembari melepaskan mantel yang melekat ditubuhnya. "Ya, sedikit."

Gadis itu mengerti Sean berbicara menggunakan bahasa yang dulu ia mengerti untuk menyalakan AC mobil. 

"Tidak apa Sean, nanti kamu dan sopirnya kedinginan."

"No. Aku akan memelukmu jika nanti terasa dingin." Sean menjawab dengan senyuman tipis dibibirnya.

Anzalia tidak menanggapi ocehan Sean yang menurutnya terasa aneh. Matanya memindai pepohonan yang berjejer rapi disepanjang jalan. Sepertinya rumah orang tua Sean berada dipinggir kota ini.

"Kita akan menginap di tempat lain sesudah menemui orang tua ku."

"Ya?" 

Sean mengerut tak suka mendengar jawaban Anzalia. "Kenapa responmu seperti itu, Anzalia? Bukankah itu semua bukan hal baru."

"Mengapa tidak menginap dirumah orang tuamu saja?"

"Karena aku tidak ingin." Anzalia bisa melihat ada perubahan di raut wajah Sean, air mukanya berubah dingin dan matanya langsung menghadap lurus kedepan.

Gadis itu tidak tahu apa yang membuat Sean begitu benci jika membahas tentang orang tua dan segala hal yang berkaitan dengan hal itu. Ia juga tidak mau membahas lagi, suasana hati Sean memengaruhi keadaan didalam mobil.

Entah berapa lama Anzalia tertidur dalam keadaan kepalanya menyender dibahu lebar milik Sean. Ia terbangun ketika pipinya merasakan belaian lembut, tubuhnya segera menjauh begitu menyadari Sean lah pelakunya.

"Wake up, baby. Kita sudah sampai."

Sean memakai mantelnya, begitu pula dengan Anzalia yang belum sepenuhnya sadar.

Hawa dingin langsung menusuk wajah Anzalia saat turun dari mobil. Anzalia tahu Sean akan membawa tangannya kembali dalam genggaman Pria itu, tetapi ia lebih dulu memasukkan kedua tangannya kedalam saku mantel.

Pria itu memandangi tangannya yang terasa kosong, lalu mencoba memendam rasa kesalnya walaupun itu sangat mustahil baginya.

"Berikan mantelmu."

Lihatlah, sekarang Anzalia seperti patung yang berdiri tegak melihat sikap Sean saat ini. Pria gila itu membawakan mantel Anzalia dan masuk lebih dalam ke rumah besar ini. Meninggalkan gadis-nya yang masih terpaku.

"Kemarilah, baby." ucap Sean diiringi tawa kecil khasnya.

"Ya."

Tak lama seorang Pria paruh baya datang. Wajahnya hampir mirip dengan Sean membuat mereka berdua seperti seorang adik kakak. 

"Selamat datang, Anzalia Karyl." suara ramah Pria paruh baya itu sedikit mengurangi rasa gugup Anzalia.

"Terimakasih."

"Aku sudah tahu tujuan kalian datang kesini. Aku merestui kalian berdua."

"Ah, maaf sekali aku tidak bisa lama-lama karena ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan." sambung Pria paruh baya itu dan pergi menaiki tangga diikuti dengan seorang wanita yang entah muncul darimana.

A Sean ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang