ASO-PART 3

12.1K 331 3
                                    

You're like a drug, that's killing me.

-Sean

•°•°•

Anzalia mengikuti Sean sampai lobi menunggu mobil yang akan membawa mereka entah kemana, Anzalia belum tahu. Sebuah mobil Maserati ghibli  berwarna hitam tiba didepan mereka berdua. Sean masuk di kursi penumpang, Anzalia melirik sekilas lalu membuka pintu penumpang sebelah sopir.

"Anzalia." 

Oh God! Anzalia sangat kesal sekali.

Arahan mata Sean menunjuk kursi di sebelahnya, mau tidak mau Anzalia duduk disamping bos nya itu.

"Besok kamu ikut saya ke Swiss."

"Tapi Pak, saya baru bekerja hari ini."

Sean mengantongi handphone nya kembali, netranya menatap lembut Anzalia. "Kenapa kamu selalu membantah ucapan saya Anzalia."

"Kenapa tiba-tiba Pak? Dan kenapa harus saya. Sekretaris anda, Bu Winda lebih berpengalaman daripada saya."

"Kamu hanya perlu menemani saya."

Anzalia mengangkat kedua alisnya heran, matanya mengerjab pelan. Tanpa sadar ia juga menatap Sean begitu dalam. Terkesima dengan bola mata milik Sean yang indah itu.

Gadis yang memakai setelan jas berwarna abu-abu itu berdehem dan mengalihkan tatapannya pada pemandangan luar. Sial, bagaimana bisa ia sampai terpesona dengan Sean yang menyebalkan itu.

Sean terkekeh kecil, sepanjang perjalanan ia tidak mengalihkan tatapannya dari gadis-nya. Beberapa menit kemudian, mereka tiba di sebuah kawasan Apartemen elit.

"Saya mau mengambil sesuatu dulu nanti baru saya akan antar kamu pulang."

"Tidak perlu Pak, saya bisa pulang sendiri."

Sean memencet tombol lantai 5 di lift. Ia tidak menggubris penolakan dari Anzalia. Hatinya terasa sakit ketika Anzalia selalu menolak apapun yang berkaitan dengannya. Kedua tangannya mengepal hingga menampakkan urat-uratnya yang menonjol.

Suasana hatinya mendadak buruk. Ia melempar begitu saja handphone nya ketika sudah berada di dalam Apartemen nya. 

Anzalia begitu kaget sekaligus merasa sedih, handphone yang harganya setara dengan satu tahun gaji Anzalia terbuang dengan sia-sia. Jiwa miskin nya meronta-ronta.

Walaupun Anzalia sudah mempunyai uang yang cukup untuk membeli sebuah handphone, ia tetap mempertahankan handphone nya yang lama. Jika sudah tidak bisa digunakan lagi baru Anzalia akan membeli yang baru.

Orang kaya memang bisa membuang barang berharga seenaknya saat sudah tidak berguna lagi bagi mereka.

Sean mengendurkan dasinya, melepaskan jasnya yang melekat di tubuhnya. Ia menyudutkan Anzalia hingga gadis-nya itu terkejut.

"Pak Sean!" Anzalia mencoba memberontak sekuat yang ia bisa. Namun, Sean semakin menyudutkannya hingga tubuh Sean bersentuhan dengan tubuhnya.

"Jangan mendekat!!" Wajahnya menjadi memerah karena berteriak.

"Kenapa kamu selalu menolakku Anzalia." Suara rendah Sean mampu membuat Anzalia menatapnya.

"Pak Sean gila!" Anzalia berteriak didepan wajah Sean, tak peduli tentang kesopanan sebagai asisten dari Bos.

Emosi Anzalia tak terkendali, ingin menghajar Sean pun tak bisa karena tangannya digenggam kuat oleh pria itu. 

Sean tersenyum meremehkan saat kaki Anzalia mencoba menendang tulang kering kakinya. Tetapi Sean tidak merasakan apapun, tendangan Anzalia tidak berasa apa-apa padanya.

A Sean ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang