Dengan pakaian nya yang masih basah, Anzalia berjalan cepat sambil mulutnya tidak berhenti menggerutu sebal. "Sean, pria gila itu sungguh gila!" geramnya rendah.
Kegiatan menyenangkannya berubah dalam sekejap akibat Sean. Suasana hatinya bertambah rusak, padahal hari ini Anzalia berniat melakukan kegiatan yang membantu nya memulihkan keadaanya. Tetapi lagi-lagi Sean mengacaukan segalanya.
Sepanjang dirinya membersihkan diri, mulutnya tidak pernah berhenti memaki Sean.
"Hentikan sumpah serapahmu padaku itu, baby. Itu semua tidak akan mempengaruhiku." Anzalia memegang dadanya kaget.
"Sean! Kamu mengagetiku!!"
Anzalia sedikit menyesal tidak mengunci pintu kamarnya tadi. Pria itu seenaknya saja keluar masuk kamarnya seperti sekarang ini.
Sean tersenyum miring lalu membaringkan tubuhnya di ranjang milik Anzalia. "Aku sengaja pulang cepat agar bisa melihatmu."
"Cih, sejak kapan kamu seperti itu?" Gadis itu duduk di bangku meja rias yang membelakangi Sean.
"Nanti malam kita makan di luar."
Ada apa dengan Sean hari ini? Mengapa Pria itu tiba-tiba bersikap lembut seperti ini? "Tumben, ada apa?"
Sean menoleh sekilas, "Hanya ingin."
"Oke." Anzalia mengangguk samar lalu memejamkan kedua matanya dengan punggung yang bersandar. Ia bingung harus melakukan apa terlebih lagi Sean sedang enaknya berbaring di kasurnya.
Anzalia bingung dengan Sean hari ini. Ah tidak. Ia selalu bingung dengan Sean. Setiap hari perilaku dan sifatnya berubah-ubah.
Entah apa mau Sean, namun Pria itu berhasil membuat hati Anzalia porak poranda. Tiba-tiba saja sebuah pemikiran terlintas di benaknya. Kedua matanya spontan terbuka.
Apa Sean akan melamarku?
Menggeleng pelan, Anzalia lantas menghela napasnya kemudian kembali menutup kedua matanya. Mencoba menyangkal pemikirannya yang terkesan terlalu percaya diri.
Batinnya tertawa geli akan pemikiran bodohnya. Mana mungkin Sean memutuskan melamarnya dalam keadaan mereka berdua yang seperti ini. Tidak mungkin Pria itu cepat sekali menemukan solusinya.
"Bersiaplah." ucap Sean lalu beranjak pergi keluar dari kamar gadis-nya.
•°•°•°•°•
Anzalia duduk tenang berhadapan dengan Sean yang terhalang meja berbentuk persegi. Pandangan gadis itu mengedar ke seluruh ruangan yang terletak di lantai dua restoran mewah ini.
Tidak ada pelanggan lain membuat Anzalia canggung. Mereka benar-benar hanya berdua. Seorang pelayang wanita menghampiri mereka berdua.
"Pesanlah semaumu." Senyuman tipis di wajah Sean membuat Anzalia berdehem pelan lalu mulai memilih menu dan menyebutkannya.
"Baik, apa ada tambahan lagi?" tanya pelayan tersebut dengan senyuman ramah yang sejak tadi tidak pernah luntur dari wajahnya.
"Ganti minumannya dengan air mineral biasa."
"Baik." Pelayan tersebut pergi.
"Memangnya ada apa dengan minum yang ada di menu?" Dahinya mengernyit tidak mengerti karena sejujurnya Anzalia hanya melihat sekilas menu yang ia pesan.
"Kamu tidak akan suka, baby."
Mata hazel Pria itu menatap penuh kagum gadis-nya. Malam ini Anzalia jauh lebih cantik. Tidak. Setiap saat pun gadis-nya selalu tampil cantik dan mempesona.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sean Obsession
ChickLit[Sebuah cerita klasik] Obsesi seorang Sean terhadap gadis kecil 18 tahun yang lalu membuatnya menjadi pria yang mengerikan. Jamin Uinseann Herwit, pria dewasa yang tergila-gila dengan Anzalia. Gadis kecil yang sudah mengacaukan pikiran Sean. "And i'...