Ketika kelopak matanya terbuka, Anzalia sadar ia berada di pelukan Sean. Napas teratur yang menerpa kepalanya menandakan Sean belum terbangun dari tidurnya. Tubuhnya sedikit menjauh, kepalanya mendongak menatap wajah tampan kekasihnya.
Sean saat ini sangatlah menggemaskan, mata tajam yang selalu melihatnya itu tertutup indah ketika tertidur seperti ini. Kedua mata Anzalia kembali terpejam, hidungnya menghirup rakus aroma tubuh khas Sean.
Lalu secara tidak sadar, Anzalia kembali tertidur pulas. Sementara Sean, beberapa menit setelah gadis-nya tertidur, perlahan kedua matanya terbuka. Mengerjap beberapa kali lantas tersenyum tipis.
Pria itu semakin mengeratkan pelukannya. Masih enggan untuk melepaskan tubuh mereka berdua, walaupun hari mulai beranjak siang. Tidak hanya itu, tangannya juga mengusap lembut punggung sang gadis.
Sean membiarkan gadis-nya tertidur lagi setengah jam lamanya, ia harus membangunkan Anzalia untuk sarapan yang tertunda ini.
"Wakey-wakey, baby." gumam Sean sambil menepuk pelan pipi gadis-nya.
Anzalia menggeliat, kemudian membuka matanya. "Apa tidurmu, nyenyak?" tanya Sean.
"Ehm, aku selalu tidur nyenyak, Sean."
"Benarkah? Aku lihat tidurmu selalu lebih nyenyak jika, aku memelukmu."
Mata Anzalia terbuka sepenuhnya, ia segera melepaskan tangan Sean yang melingkar di pinggangnya, kemudian memundurkan tubuhnya, memberi jarak. "Tidak. Aku selalu tidur lelap walaupun tidak bersamamu." kilahnya.
"Aku tau kamu berbohong, sayang."
"Aku serius, tidak berbohong." ucap Anzalia kesal.
Mata Sean mengerling nakal lalu, tangannya mengusap pelan pipi sang gadis. Tatapan matanya berubah serius, "Kita akan menikah dalam waktu dekat ini."
Anzalia tertegun beberapa saat, "Secepat itu?"
Sean mengangguk, tidak melepaskan pandangan matanya kedalam bola mata cokelat indah milik gadis-nya. "Iya, itu konsekuensi jika mau menikah denganku."
Seakan tahu perasaan gadis-nya, Sean lalu berkata lagi. "Aku tau kita dalam masa berkabung, tetapi aku tidak bisa menahannya lagi, sayang. Semuanya sudah kupersiapkan jauh-jauh hari."
"Kak Adit udah tau?"
"Sudah. Dia menyerahkan semuanya, padaku."
Sebuah senyuman tulus terbit di wajah manis Anzalia. "Baiklah, berarti aku tinggal mempersiapkan diri aja kan?" candanya.
"Iya, kamu tinggal duduk manis saja."
"Baiklah. Oh ya, apa boleh baby Kai dibawa kesini?" Anzalia memperhatikan Sean yang tidak terganggu dengan permintaannya. Selain Anzalia merasa kasihan dengan bayi kecil itu, sendirian di rumah Sean. Ia juga akan berusaha membuat Pria di depan nya ini menerima kehadiran Kaindra.
"Lakukan sesukamu, aku tidak akan melarang."
Jawaban Sean membuat Anzalia semakin melebarkan senyumnya. Ia langsung memeluk Sean, sambil menggumamkan kata terima kasih berulang kali.
"Sekarang bersiaplah mandi, setelah itu kita makan. Akan aku siapkan selagi kamu mandi."
"Tumben banget. Kenapa kamu berubah secepat ini, hm?"
Sean tidak menjawab lagi, melainkan bangun dari tidurnya. Jika ditanya seperti itu, jujur saja Sean bingung harus menjawab apa. Karena ia juga tidak tahu, dirinya akan berubah seperti ini.
"Lebih kamu kamu mandi, baby."
Anzalia menghela napasnya, kemudian bangkit. "Iya-iya."
Setelah Anzalia dan Sean makan, mereka berdua memutuskan bersantai di teras depan rumah dengan Aditya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sean Obsession
ChickLit[Sebuah cerita klasik] Obsesi seorang Sean terhadap gadis kecil 18 tahun yang lalu membuatnya menjadi pria yang mengerikan. Jamin Uinseann Herwit, pria dewasa yang tergila-gila dengan Anzalia. Gadis kecil yang sudah mengacaukan pikiran Sean. "And i'...