Seorang Pria dewasa yang memakai jas mahalnya itu menatap dingin layar handphone-nya. Sebuah pesan singkat yang membuatnya mengeraskan rahangnya menahan amarah.
Tatapan matanya berubah lembut ketika sang gadis menghampirinya. Dengan senyum tipisnya ia bertanya. "Ada apa?"
"Sekretaris kamu kesini." Jawab Anzalia.
Sean beranjak keluar dari kamarnya diikuti oleh Anzalia yang akan ke dapur.
"Katakan." Ucap Sean dengan suara rendahnya.
Pria berwajah kaku itu mengambil sebuah amplop dari saku jasnya lalu ia serahkan pada Sean. "Dia menitipkan ini sebelum mengakhiri hidupnya."
Kepala Sean bertopang pada tangan kanan yang bersandar di lengan sofa, sedangkan tangan kirinya memegang selembar kertas yang terdapat rentetan tulisan tangan.
Rentetan kata pada surat tersebut membuat Sean tersenyum mengerikan seperti iblis. Ia berdecih sinis, merobek surat tersebut lalu melemparkannya ke meja.
"Setelah dia menikmati uang itu, berani-beraninya dia mengaturku." Desis Sean.
Tangan Sean terulur melepaskan jasnya yang masih melekat lalu membuka kancing teratas kemejanya. "Dimana?"
Seakan tahu maksud dari Tuannya itu, Pria kaku itu menjawab dengan lugas. "Dia telah menyembunyikannya sebelum saya sampai disana."
"Bodoh."
Pria itu hanya bisa menunduk mendengar makian Tuannya.
"Sean pinjam mobil sebentar." Tangan kanan Anzalia menengadah meminta kunci mobil milik Sean.
"Mau kemana?" Tanya Sean sembari memberikan kunci mobilnya.
Gadis itu mengendikkan bahunya. "Jalan-jalan, byee."
Anzalia dengan langkah riangnya bersiap menuju garasi. Ia sudah tidak sabar untuk berkeliling kota di sore hari ini. Beberapa hari terkurung dirumah saja membuatnya sangat suntuk dan stress.
Begitu membuka pintu utama, mata Anzalia melotot dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Ini apa? Siapa?" Tanya Anzalia pada dirinya sendiri yang mendadak linglung.
Ia memperhatikan sekeliling yang sepi, lalu dengan hati-hati mengangkat keranjang tersebut dan membawanya masuk.
"Sean, ini bayi siapa?"
Suara Anzalia mampu membuat Sean bangkit dan menghampiri gadis-nya. Wajahnya berubah, ia lalu mengambil paksa keranjang tersebut dan menyerahkan pada Sekretarisnya.
"Bawa dia pergi."
Anzalia menahan lengan Sean, ia menatap tidak mengerti akan keputusan Pria itu yang tiba-tiba. "Tunggu, mengapa kamu begitu gelisah?"
"Anzalia, kita tidak tahu apakah orang yang menaruh bayi itu didepan rumah adalah orang yang jahat atau tidak. Maka dari itu lebih baik dia tidak disini."
"Tapi kita harus memastikan terlebih dahu- tunggu." Tangan Anzalia terulur mengambil surat yang berada disamping bantal bayi tersebut.
Anzalia membuka perlahan surat tersebut dan membacanya.Setiap kata yang tertulis di surat tersebut mampu membuat Anzalia linglung. Ia menghela napasnya kemudian menyerahkan surat tersebut pada Sean.
Gadis itu berjalan cepat dengan menundukkan kepalanya. Pergi begitu saja meninggalkan ketiga manusia itu.
Suasana hatinya tidak bisa dijelaskan sekarang. Ada perasaan kecewa, sedih dan- ah ia juga bingung seperti apa.
"Anzalia, dengarkan penjelasanku terlebih dahulu." Sean berhasil mencekal tangan Anzalia yang pergi dengan mata berkaca-kaca.
"Aku janji akan membawa pergi jauh anak itu dari kehidupan kita berdua." Tutur Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sean Obsession
ChickLit[Sebuah cerita klasik] Obsesi seorang Sean terhadap gadis kecil 18 tahun yang lalu membuatnya menjadi pria yang mengerikan. Jamin Uinseann Herwit, pria dewasa yang tergila-gila dengan Anzalia. Gadis kecil yang sudah mengacaukan pikiran Sean. "And i'...