Anzalia melangkah cepat turun tangga menuju pintu utama. Sesekali tangannya ia gunakan untuk mengusap kasar air matanya yang selalu mengalir melewati pipinya yang memerah.
Matanya sedikit buram akibat bendungan air mata yang sedari tadi tidak berhenti.
Anzalia membuka pintu tersebut namun, lagi-lagi ia tidak bisa keluar dari rumah ini. Ia mencoba membukanya berulang kali, sampai pada akhirnya ia memukul kencang pintu tersebut.
Tubuhnya meluruh kebawah dengan tangan yang masih mengepal, menggedor-gedor pintu tersebut.
"Bajingan, kamu memang Pria bajingan, Sean."
"Ya aku tau itu, sekarang ayo kembali ke kamar, Anzalia." Perintah Sean tiba-tiba.
Pria itu berjongkok disamping Anzalia sambil tangannya membawa sesuatu yang sangat dikenali sang gadis.
Anzalia menatap tajam tepat pada mata hazel Pria gila itu. "Setelah apa yang kamu lakukan padaku? Tidak Sean, bahkan aku tidak tau nantinya kamu akan berbuat yang tidak-tidak jika aku mengikutimu."
"C'mon baby, i won't be like that." Ucap Sean dengan kedua alisnya yang terangkat dan bibirnya menyunggingkan senyum miringnya.
"Aku tidak percaya padamu lagi, Sean."
Sean menunduk sekilas, tangannya mengambil tangan Anzalia secara perlahan membuat gadis-nya takut. "Menurutlah, Anzalia." Bisik Sean rendah.
"Kamu tidak mencintaiku, Sean..." Lirih Anzalia sebelum kesadarannya hilang dan tubuhnya ambruk dipelukan Sean.
Sean melakukan hal itu lagi pada Anzalia. Hal yang membuat Anzalia tidak sadarkan diri.
Mau melawan pun rasanya sungguh percuma. Anzalia selalu tidak bisa melawan akan kuasa Sean. Pria itu selalu bisa membuat Anzalia takluk akan dirinya, walapun hanya dengan tatapan matanya yang tajam itu.
Sean menggendong tubuh Anzalia yang seringan bulu itu menuju kamar. Kaki panjangnya melangkah pelan menaiki tangga. Menikmati perasaan membuncah karena gadis-nya berada digendongannya.
"Aku tidak akan menyesali semua itu, Anzalia." Ungkap Sean dengan sorot pandang mata kedepan.
Ia membaringkah tubuh Anzalia dikasur, menyelimuti gadis-nya sampai perut. Mata hazelnya tak pernah bosan menatap wajah cantik gadis-nya.
Sean kemudian berbaring disamping Anzalia. Ia menyandarkan kepalanya ke dada gadisnya dan memeluk erat. Tangan Anzalia ia letakkan diatas kepalanya, seolah-olah sedang membelai lembut rambutnya.
"Sangat nyaman sekali." Gumam Sean dengan senyum kecil yang terpatri dibibirnya.
•°•°•°•°•
Anzalia terbangun dari tidurnya, kelopak matanya perlahan terbuka menampilkan bola mata cokelatnya yang indah itu.
Napasnya sedikit sesak seperti ada sesuatu yang menekan dadanya. Matanya melotot sempura saat melihat kepala Pria bersandar di dadanya.
Oh God!
"Sesak." Rengek Anzalia dan memindahkan kepala Pria, yang Anzalia sudah tahu itu adalah Sean, ke bantal disampingnya.
"Sean, bangun. Tanganku pegel." Suara serak Anzalia belum mampu membangunkan Sean yang tertidur nyenyak.
Anzalia menghela napasnya berat, ia menjepit hidung mancung Sean agar Pria itu terbangun. Beberapa detik kemudian Sean terbangun dengan wajah merengutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sean Obsession
ChickLit[Sebuah cerita klasik] Obsesi seorang Sean terhadap gadis kecil 18 tahun yang lalu membuatnya menjadi pria yang mengerikan. Jamin Uinseann Herwit, pria dewasa yang tergila-gila dengan Anzalia. Gadis kecil yang sudah mengacaukan pikiran Sean. "And i'...