Semilir angin sejuk menerbangkan beberapa helai anak rambut Anzalia yang tidak tertutup tudung jaket nya. Matanya menerawang jauh pada jalanan padat kota Moskow pagi ini. Tampak ramai dengan mobil dan orang-orang yang berdampingan.
Masalah kemarin masih membuat Anzalia gelisah. Ia sampai tidak bisa tidur semalaman. Anzalia lebih diam dari biasanya, wajahnya selalu murung dan terus melamun sepanjang hari.
Pikirannya selalu berputar tentang kenyataan yang sebenarnya.
Sean dan dirinya berbeda.
Sebuah tangan memasukkan kembali rambut Anzalia yang berantakan lalu memeluk lembut gadis itu di dadanya.
Gadis-nya hanya diam saja tanpa merespon. "Semua akan berjalan sesuai rencana kita."
Anzalia tidak menjawab tetapi kedua tangannya membalas dekapan hangat Sean. Kepalanya semakin menelusup ke dalam dada bidang milik Sean.
"Aku tidak mungkin menentang Tuhanku, Sean." walaupun suara gadis-nya tenggelam, Sean masih bisa mendengarnya.
"You wanna know something?"
"What?"
"I haven't religion."
Anzalia tersenyum pahit mendengar pernyataan tiba-tiba Sean. Sungguh diluar dugaannya.
Beberapa kali Sean mengecup kepala Anzalia ketika gadis-nya itu tetap tidak mengeluarkan suara lagi.
Sebenarnya masih ada beberapa hal lagi yang belum Sean sampaikan pada gadis-nya. Hal yang menyangkut tentang masa depan mereka berdua.
Sean sudah mengetahui permasalahan ini sejak ia memutuskan untuk memiliki Anzalia. Ia juga berusaha untuk menguatkan niatnya agar bisa memiliki gadis-nya seutuhnya.
Dan hal tersebut juga sangat berat bagi seorang Sean. Selama dirinya hidup di dunia ini, ia tidak pernah percaya akan adanya Tuhan.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan? Apakah kita akan berpisah?"
"Dengar, Anzalia. Sekalipun banyak yang menghadang kita untuk bersama, tidak akan pernah ada yang bisa memisahkan aku denganmu. Tidak akan pernah."
"Tapi ini sangat sulit, Sean."
"Percaya padaku, hm?"
Anzalia menghela napas berat, "Aku ingin waktu sendiri."
Pria itu menyunggingkan senyum miringnya, gadis-nya ingin waktu sendiri tetapi dekapan di tubuhnya semakin erat seakan ucapan Anzalia hanyalah tanda agar dirinya tetap berada disini.
Sangat menggemaskan. Sean tidak tahan untuk memakan gadis-nya.
"Aku akan menemanimu, baby."
Sean memejamkan matanya, hidung nya menghirup rakus aroma parfum Anzalia yang menjadi candu baginya. "Jangan berpikir berlebihan. Tunggu dan percaya saja padaku, oke? Semuanya akan berjalan sesuai rencanaku dalam waktu dekat."
"Aku tidak bisa hanya diam menunggu seperti tidak terjadi apa-apa. Bagaimana bisa, Sean?"
"Percaya padaku, Anzalia."
Anzalia melepaskan pelukan mereka berdua, beringsut menjauh dan menatap tepat pada bola mata hazel milik Sean. "Apakah aku bisa?"
Bagaimana bisa Anzalia percaya pada Sean yang bahkan Pria itu sendiri saja tidak memiliki keyakinan. "Kamu menyembunyikan sesuatu dariku."
Tebakan Anzalia benar-benar tepat sasaran. Anzalia melihat sekilas perubahan wajah Sean yang mencurigakan. Walaupun hanya beberapa detik saja, ia sedikit terkejut saat Sean dengan cepatnya mengubah raut wajah seperti biasa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sean Obsession
ChickLit[Sebuah cerita klasik] Obsesi seorang Sean terhadap gadis kecil 18 tahun yang lalu membuatnya menjadi pria yang mengerikan. Jamin Uinseann Herwit, pria dewasa yang tergila-gila dengan Anzalia. Gadis kecil yang sudah mengacaukan pikiran Sean. "And i'...