ASO-PART 8

6.5K 197 4
                                        

"Anzalia, bawakan dokumen terkait rapat hari ini. Segera."

"Tapi semua-" Sean menatap Anzalia penuh peringatan. 

Anzalia selalu ditatap oleh klien-nya, membuat Sean harus menahan emosinya. Andai saja ini tidak di kantor maka Sean akan mencokel semua mata yang melihat gadis-nya. 

Anzalia hanya milik Sean dan tidak ada yang boleh menatap gadis-nya sedemikian rupa.

"Baik Pak." Anzalia menunduk kemudian keluar dari ruang rapat.

Entah apa maksud Sean menyuruhnya mengambil dokumen, padahal semua berkas untuk rapat hari ini sudah ia bawa semua. 

Hampir 10 menit Anzalia mencari-cari dokumen tersebut walaupun ia tahu tidak ada. Yang terpenting ia sudah melaksanakan perintah dari sang bos.

"Maaf Pak, dokumennya tidak ada." Ucap Anzalia begitu Sean memasuki ruangannya.

"Hm saya tahu, kembali ke ruanganmu karena rapat sudah selesai."

Waktu berlalu begitu cepat hari ini. Jam menunjukkan pukul lima sore dan Anzalia baru akan pulang. Kakinya melangkah cepat, sebelum bertemu dengan pria gila itu ia harus cepat-cepat pulang.

"Dek!"

Anzalia menoleh saat suara yang ia kenal memanggilnya. Gadis itu berlari dan menubruk tubuh Kakaknya. "Kakak kemana aja! Lia kangen."

Aditya terkekeh gemas. "Ayo kita pulang dulu."

Anzalia beberapa kali menoleh ke belakang, takut Sean akan melihatnya.

Sebelum benar-benar pergi, Anzalia menoleh sekali lagi dan menemukan Sean tengah berdiri dan menatapnya tanpa ekspresi.

"Jadi?" Tanya Anzalia tidak sabar.

Anzalia dan Aditya duduk santai di ruang tamu sambil menonton televisi.

Aditya menghela napasnya, menatap bersalah pada sang Adik.

"Maafin kakak, tiba-tiba aja perusahaan cabang kena masalah. Mau gak mau kakak yang harus tangani semuanya. Handphone kakak juga hilang sampai gak bisa hubungi kamu. Masalah ini terjadi begitu cepat. Maafin kakak ya?"

Anzalia tersenyum lembut. "Yang terpenting Kak Adit gak kenapa-napa."

Sedetik kemudian Anzalia merengut. "Terus kenapa Kak Adit bisa ngabarin orang lain sedangkan aku nggak?"

Aditya mengernyit heran. "Maksudnya?"

Anzalia mengangkat kedua alisnya, matanya mengerjab cepat. "O-oh gak hehe, gak usah dipikirin. Kakak udah disini aku seneng banget. Handphone Kak Adit kan ilang ya." Gumamnya lirih diakhir kalimat.

Anzalia memejamkan matanya, menahan kesal.

Sial, pria gila itu berani-berani nya dia bohongin aku.

"Selama Kakak tinggal, kamu baik-baik aja kan?" Tanya Aditya sambil tangannya mengelus lembut kepala Anzalia.

Aku gak baik-baik aja kak.

"Baik kok Kak, belakangan ini hidup aku lancar dan tentram seperti biasa."

Setelah mengobrol banyak, Aditya pamit tidur terlebih dahulu begitupula Anzalia yang juga pergi ke kamarnya.

Anzalia menghembuskan napas kasar, berbaring terlentang dan mengamati stiker bintang yang ia tempel dilangit-langit kamar. 

"Semoga aja malam ini dan seterusnya bisa tidur nyenyak."

Gadis itu sangat berharap kepulangan Kakaknya bisa membuat Sean menjaga jarak darinya. Ia tidak bisa memberitahu hidupnya belakangan ini yang terasa buruk, pada Aditya. 

A Sean ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang