ASO-PART 7

6.3K 197 0
                                    

Dari semua yang kita sesali dalam kehidupan kita, sebagian besar adalah apa yang tidak kita lakukan, bukan apa yang kita lakukan.

•°•°•

Cahaya mentari sore menembus kaca jendela hingga mengenai sebagian wajah Anzalia. Hangatnya sinar mentari membuat matanya terpejam, menikmati.

Dari Anzalia terbangun sampai hari sudah sore, Sean belum juga menampakkan batang hidungnya. 

Anzalia hanya bisa melihat keadaan luar lewat kaca jendela. Seharian penuh ia duduk termenung menatap kosong pemandangan di luar.

Makanan yang sedari pagi sudah disiapkan oleh Sean, tidak Anzalia makan sedikitpun. 

Gadis yang masih memakai piyama itu terbangun dari lamunannya kala mendapatkan sebuah ide. Ia harus secepatnya mendesak Sean untuk kembali. Di sini Anzalia semakin tidak leluasa karena keterbatasannya.

Beberapa jam kemudian pintu kamar terbuka. Sean mengedarkan pandangan pada kamar yang masih gelap. Ia menyalakan lampu dan mencari keberadaan gadis-nya.

"Anzalia."

Betapa terkejutnya Sean saat melihat Anzalia terbaring di lantai dengan tangan yang penuh darah. Ia meletakkan kepala sang gadis kepangkuannya.

"Anzalia, ada apa denganmu." 

"Tolong, bawa aku kembali...aku mohon bawa aku kembali, Sean."

Sean segera membaringkan Anzalia, ia mencari kotak P3K dan langsung melakukan penanganan pertama setelah menghubungi Dokter.

Pria itu panik, melihat gadis-nya terluka seperti ini. Ia tidak menyangka Anzalia bisa senekat ini dan melukai dirinya sendiri.

Anzalia menepis tangan Sean yang akan membalut lukanya. Ia menggenggam tangan pria itu dan memohon. "Bawa aku kembali Sean, kumohon." Pintanya. Air mata Anzalia tidak bisa dibendung lagi.

"Anzalia, kamu harus diobati."

Gadis itu menggeleng. "Kumohon, bawa aku kembali." Anzalia sangat keras kepala sekali. Mata tajamnya yang selalu menatap Sean kini berubah dengan binar harapan.

Menatap penuh harap Sean. Berharap pria itu luluh dan mengabulkan permintaannya.

Keduanya menatap satu sama lain selama beberapa menit. Sean perlahan memajukan wajahnya. Bibirnya mengecup lembut bibir gadis-nya. Anzalia memejamkan matanya disusul dengan setetes air matanya yang mengalir.

Sean menjauhkan wajahnya, lalu mengangguk pelan. "Malam ini kita akan kembali." 

Anzalia langsung menundukkan kepalanya dan menangis tersedu-sedu. 

•°•°•°•°•

Sudah tiga hari ia dikurung dalam Apartemen semenjak kepulangan mereka dari Swiss. Anzalia bahkan tidak diperbolehkan bekerja terlebih dahulu.

Sejujurnya Anzalia ingin kembali merasakan kebebasannya. Bekerja seperti biasa, makan cilok langganannya dan banyak lagi.

Pria gila itu bekerja dari pagi hingga baru pulang larut malam saat Anzalia sudah tertidur. Sehingga Anzalia tidak bisa berbicara banyak hal pada Sean karena kesibukan pria itu. 

Entah mengapa Sean menjadi seperti ini. 

Tidak berurusan dengan Sean,  Anzalia sudah bersyukur sekali.

"Kak Adit juga kok gak hubungi aku sama sekali sih." Anzalia kemudian beranjak menuju standing mirror yang berada di walk in closet.

Mulai mengamati tubuh nya dari kepala hingga kaki.

A Sean ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang