Anzalia mengingat kembali hari dimana ia dan Niko mengalami kecelakaan. Saat itu jalanan memang sepi dari lalu lalang kendaraan, aneh sekali. Padahal setahunya, jalanan tersebut tidak sesepi pada saat itu.
Lalu, kecelakaan terjadi begitu sangat cepat. Keadaan Anzalia yang pada saat itu juga buruk menjadi tidak bisa melihat apakah Niko selamat atau tidak. Yang pasti, ia bisa melihat keadaan Niko sangatlah parah dan darah mengalir di beberapa bagian tubuh laki-laki itu.
Setelahnya, beberapa detik sebelum Anzalia tidak sadarkan diri. Gadis itu melihat seperti bayangan seseorang mendekati dirinya. Kemudian suara yang terdengar familiar samar-samar masuk kedalam indra pendengarannya.
"Dan suara itu adalah suaranya Sean." gumam Anzalia sekaligus mengakhiri sekilas pemikirannya tentang kecelakaan kemarin.
Gadis itu menghembuskan napas beratnya sembari kedua matanya bergerak mengelilingi seluruh ruangan.
"Disini lagi, disini lagi."
"Kenapa, baby."
Lagi dan lagi suara Sean selalu mengejutkan Anzalia. Entah kapan Pria itu masuk kedalam kamar, Anzalia sampai tidak melihat.
"Jangan memanggilku seperti itu Sean."
Pria itu semakin mendekat, lalu berhenti didepan gadis-nya. Berdiri menjulang dengan kepala menunduk. "Kamu tidak berhak memberi perintah seperti itu, baby."
Anzalia mendongak, matanya menajam. Belum sempat dirinya membuka mulut, suara ketukan pintu membuatnya menutup rapat kembali bibir tipisnya.
Sekretaris Sean muncul lalu membisikkan sesuatu pada sang Tuan. Sean terlihat mengangguk kemudian Sekretaris tersebut pamit keluar kamar.
Bibir tebal Sean tertarik membentuk senyuman tipis, tangannya hendak menepuk-nepuk kepala Anzalia tetapi gadis-nya itu malah menghindar. Sebenarnya Sean kesal namun, ada masalah yang penting sekarang.
Tanpa bicara Pria yang memakai setelan kantor itupun pergi dari kamar. Langkah kakinya yang panjang membawa Sean menuju ruang tamu, dimana ada seseorang yang sedang menunggu kehadirannya.
"What?" ucap Sean.
"Kamu gila Sean! Bajingan!!" geram Pria tersebut.
Sean tertawa singkat, merasa lucu akan pernyataan dari temannya itu.
"Saya sudah memperingatkanmu berkali-kali, jangan sampai sikap busukmu itu sampai mencelakai Anzalia."
"Kau salah paham Aditya. Mana mungkin saya mencelakakan gadisku sendiri." Kepala Sean menggeleng beberapa kali bersamaan dengan senyuman miring andalannya yang tercetak jelas di bibir.
"Saya mengijinkan kamu untuk bersama Anzalia. Tapi tidak sampai melewati batas seperti kemarin!"
Aditya memang tidak tahu Anzalia diperlakukan seperti apa oleh Sean kala itu. Yang ia tahu Sean mencintai adiknya dan sebaliknya. Walaupun terdapat rasa curiga, Aditya sama sekali tidak menanyakan apapun pada Anzalia maupun Sean.
Pria itu sudah percaya pada Sean, bahwa Sean dapat menjadi Pria yang membuat bahagia, nyaman dan menggantikan sosok kakak sekaligus Ayah dalam hidup Anzalia.
Kakak beradik itu memang tidak dekat dengan sang Ayah. Maka dari itu selama Anzalia masih berada di dekatnya, sebisa mungkin Aditya menjadi kakak dan orang tua sekaligus.
Dan entah kenapa setelah lulus sekolah menengah atas, adiknya itu tiba-tiba meminta persetujuan dirinya untuk kuliah di luar negeri. Tidak banyak yang Aditya lakukan selain mengijinkan adiknya pergi.
"Daripada kau berbicara omong kosong terus, silahkan pergi dari rumahku." telak Sean yang sudah jengah mendengar segala keluh kesah Aditya. Jujur saja, jika mengenai tentang bagaimana cara Sean bertindak, maka tidak akan ada yang bisa membuat Pria itu berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sean Obsession
ChickLit[Sebuah cerita klasik] Obsesi seorang Sean terhadap gadis kecil 18 tahun yang lalu membuatnya menjadi pria yang mengerikan. Jamin Uinseann Herwit, pria dewasa yang tergila-gila dengan Anzalia. Gadis kecil yang sudah mengacaukan pikiran Sean. "And i'...