Sudah satu bulan Anzalia terbebas dari Sean. Pria itu tidak mengganggu Anzalia lagi, di Kantor pun Sean memperlakukan Anzalia seperti karyawan.
Namun, Anzalia tidak bisa senang begitu saja. Siapa tahu pria gila itu sedang menyiapkan sesuatu terhadap dirinya bukan? Yah, memang Anzalia percaya diri sekali. Meski begitu, ia harus menyiapkan mental terlebih dahulu.
"Kak Adit kenapa belakangan ini sering keluar kota sih?"
Aditya mendongak kemudian tangannya mengelus lembut kepala Anzalia. "Maaf ya dek, Kakak juga sebenarnya gak tau kenapa yang ditugaskan hanya Kakak saja. Mau protes pun Kakak gak bisa."
Anzalia menghela napasnya, tersenyum menatap Aditya yang terlihat lelah dari biasanya. "Kakak jangan sampe lupa jaga kesehatan, jangan mikirin kerjaan terus. Kak Adit cari istri gih biar ada yang temenin, kasihan udah tua jomblo."
Aditya tertawa pelan. Pria berumur tiga puluh satu tahun itu bahkan tidak berpikir untuk mencari pasangan terlebih dahulu.
"Kakak nunggu pengganti Kakak buat kamu. Yang jagain kamu, yang menyayangi kamu setulus hati, dan yang bikin kamu bahagia sama dia."
Mata Anzalia berkaca-kaca mendengarnya, ia memeluk erat sang Kakak. Menyalurkan kasih sayangnya dan rasa terima kasih kepada Aditya. Salah satu seseorang yang berharga bagi Anzalia.
"Makasih."
"Kalo ada apa-apa cerita sama Kakak. Dari dulu kebiasaanmu itu bikin Kakak khawatir. Kita itu saudara, sudah seharusnya saling berbagi disaat senang maupun sedih."
"Udah ah, sekarang jangan sedih-sedih lagi." Ucap Anzali sambil melepaskan pelukannya.
"Sean ada apa-apain kamu?" Tanya Aditya tiba-tiba.
Tubuh Anzalia sempat menegang beberapa saat. Lalu ia mengernyitkan dahinya, menatap Aditya seperti orang yang tidak tahu apa-apa.
"Nggak kok, Pak Sean kan atasan aku. Ngapain juga dia apa-apain aku sih Kak." Jawab Anzalia sedikit bergurau.
"Bener? Kakak tanya cuma memastikan aja, soalnya beberapa waktu lalu Sean kesini bareng Kakak. Tapi gak tau kenapa Kakak tidur terus paginya udah gak liat Sean dan dia gak pamit. Walaupun Sean temen deket Kakak, tetep aja Kakak takut."
"Iyaa. Waktu Kak Adit bilang ketemu temen itu?"
"Iya."
Anzalia menelan ludah gugup. "Gak kok Kak, aku kan tidur terus pintunya aku kunci."
Gadis itu semakin gelisah, saat itu dirinya baru pertama kali bertemu Sean. Berarti selama ini Sean sudah mengenalnya?
Ah, Anzalia ingat. Pria itu pernah mengatakan jika dia mengenal Anzalia saat gadis itu masih anak-anak.
Pantas saja malam itu ia terasa ada seseorang yang tidur dengannya. Dan entah kenapa ia tidak bisa terbangun, seperti ada sesuatu yang menyuruhnya tidur.
Sean memang benar-benar gila.
Atau jangan-jangan Kakaknya itu diberi obat tidur? Pikir Anzalia sambil melihat Aditya.
Anzalia berdoa supaya pria itu membuka matanya dan mencari perempuan diluar sana yang sesuai dengan Sean. Dewasa dan kaya.
Karena Anzalia sudah lelah terhadap perilaku Sean yang seenaknya itu. Ia ingin bebas.
•°•°•°•°•
Hari ini Aditya ditugaskan kembali ke luar kota. Anzalia semakin sedih, baru satu minggu Kakaknya itu pulang sudah dinas lagi.
Kontrakan terasa sepi rasanya.
Setelah Anzalia izin tidak masuk ke Kantor karena sakit, ia melanjutkan tidurnya. Tentu saja Aditya tidak tahu persoalan ia sakit. Ia tidak mau membuat Kakaknya khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sean Obsession
Romanzi rosa / ChickLit[Sebuah cerita klasik] Obsesi seorang Sean terhadap gadis kecil 18 tahun yang lalu membuatnya menjadi pria yang mengerikan. Jamin Uinseann Herwit, pria dewasa yang tergila-gila dengan Anzalia. Gadis kecil yang sudah mengacaukan pikiran Sean. "And i'...