Sepuluh menit lagi waktunya makan siang, tetapi di meja dekat sofa ruangan Sean sudah terisi berbagai makanan kesukaan Pria itu. Sean sudah memesan makanan setengah jam yang lalu, dan tiba dalam dua puluh menit kemudian.
Sementara Anzalia tidak benar-benar bosan seharian didalam ruangan bersama Sean. Gadis itu sesekali membantu Sean memilah berkas yang sangat penting untuk di tanda tangani hari ini ataupun tidak. Tapi tetap saja, Pria itu sudah menanda tangani semua berkasnya.
Jadi percuma saja dirinya membantu. Huh!
Sean sangat fokus dengan pekerjaannya, tidak terlalu memperhatikan gadis-nya. Anzalia sendiri tidak mempermasalahkan hal tersebut, dirinya hanya ingin mengatasi rasa jenuhnya saja disini dan tidak akan mengganggu Pria itu.
Anzalia lalu duduk di sofa, menyandarkan punggungnya yang kaku. Tak berselang lama, Sean juga turut duduk disamping gadis-nya sambil melonggarkan dasinya yang terasa mencekik.
"Jangan terlalu keras terhadap tubuhmu sendiri, Sean." Sean menyadarkan kepalanya ke bahu Anzalia, kedua matanya terpejam.
"Ayo makan, selagi masih hangat." Tangannya bergerak membuka satu per satu bungkusan makanan yang masih tertutup rapi.
Mereka berdua makan dengan tenang tanpa obrolan. Anzalia sangat menikmati menu makan siangnya hingga sedikit lagi ia akan menghabiskannya. Ia tidak sadar betapa dirinya menikmati makanan yang baru pertama kali dicicipinya.
Satu suapan terakhir hampir mencapai mulutnya, sebelum perkataan Sean menghentikan gerakan Anzalia. "Kita akan menikah dalam waktu dekat."
Anzalia meletakkan kembali sendoknya, mengerjabkan beberapa kali matanya yang tampak linglung. "Serius?"
Kepala Sean mengangguk tanpa ragu. "Ya." Anzalia bisa mendengar jawaban Pria disampingnya ini penuh dengan keyakinan, tidak ada keraguan sedikit pun atas jawaban singkat Sean.
"Lalu bagaimana dengan semuanya?"
Sean memiringkan badannya menghadap gadis-nya. Kedua mata hazelnya menatap lurus tepat pada mata cokelat indah milik Anzalia. Dari matanya jelas sekali tidak ada sekelebat bayangan keraguan.
"Aku sudah mengurus semuanya, kamu tidak perlu khawatir, baby."
"Apa maksudmu? Bagaimana kamu mengurus semua itu?" Banyak pertanyaan yang berputar-putar didalam kepala Anzalia sampai membuatnya pusing.
Pria itu sudah mengurus semuanya tanpa Anzalia ketahui? Bagaimana bisa Sean bertindak sendiri sedangkan dirinya seperti orang linglung yang tidak tahu apa-apa!
Apa yang ada dipikiran Sean sampai memutuskan untuk bertindak sendiri seperti ini. Walaupun Anzalia belum tahu seperti apa rencana Sean, tetap saja dirinya merasa gelisah.
Takut jika Sean bertindak semaunya dan bertentangan dengan akal pikirannya.
"Tidak ada yang perlu kamu cemaskan, baby. Semua akan berjalan dengan lancar. Percayalah."
Setelah meneguk sebotol air mineral, Anzalia berkata. "Katakan padaku apa rencanamu."
"Percayalah padaku, baby." Anzalia membuang napas kasar, ia memalingkan wajahnya yang terasa panas menahan kekesalan. Sudah ia duga Sean akan mengatakan kalimat itu lagi. Dirinya percaya pada Sean, tapi mau sampai kapan Pria itu terus menyembunyikan banyak hal?!
"Aku bosan mendengar nya." bohong Anzalia.
"Nanti. Akan kuberi tau nanti setelah semuanya selesai." Tegas Sean lalu beranjak pergi melanjutkan pekerjaannya.
Baiklah, sepertinya Anzalia harus menahannya untuk sementara waktu. Biarlah Pria itu menyelesaikannya. Anzalia yakin Sean sudah memikirkan semuanya dengan matang dan penuh pertimbangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sean Obsession
ChickLit[Sebuah cerita klasik] Obsesi seorang Sean terhadap gadis kecil 18 tahun yang lalu membuatnya menjadi pria yang mengerikan. Jamin Uinseann Herwit, pria dewasa yang tergila-gila dengan Anzalia. Gadis kecil yang sudah mengacaukan pikiran Sean. "And i'...