ASO-PART 11

5.1K 166 0
                                    

Anzalia keluar dari ruangan tersebut dengan pandangan kosong. Langkah kakinya membawa Anzalia menuju kamar Sean dalam keadaan cahaya bulan yang remang-remang masuk ke sebagian rumah.

Ia menumpu kepalanya dengan kedua tangan, merasa frustasi akan keadaannya saat ini. 

Kepalanya masih terbayang foto-foto dirinya yang berada di apartemen saat di Rusia. Segala kegiatan didalam apartemen tersebut juga ada didalam album tadi. 

Anzalia mendesah frustasi. Mata cokelatnya tampak berkeliling, ia menggigit bibir bawahnya  dan jarinya yang saling bertautan terasa berkeringat.

"Ini pasti mimpi, iyakan? Iya mimpi." Anzalia mengangguk-ngangguk beberapa kali, meyakini ucapannya.

"Tapi kalo ini semua memang benar, aku harus bisa lepas dari Pria gila itu sebelum dia semakin berbuat lebih."

"Jadi kamu sudah tau tentang ruangan itu?" Tanya Sean tiba-tiba. Ia tersenyum miring sesaat.

Tubuh Anzalia memberikan reaksi penolakan terhadap Sean yang duduk disebelahnya. Dari tempatnya duduk, Anzalia bisa melihat betapa sempurnanya Sean.

Pria itu sangat sempurna, tidak ada yang tidak sempurna dimata Anzalia.

Usapan lembut di pipinya menyadarkan Anzalia dari keterpakuannya. "Untuk apa semua itu, Sean?" Tanya Anzalia lirih sambil melepaskan tangan Pria itu dari pipinya.

Anzalia sedikit beringsut menjauh saat hidungnya mencium aroma alkohol dari Sean. 

"Hanya ingin."

Anzalia mengangkat alisnya, sudut mulutnya terangkat membentuk senyum miring. "Ingin? Keinginanmu sungguh gila, Sean."

"Anzalia. kamu tidak tau betapa aku mencintaimu."

"Itu bukan cinta, Sean. Melainkan hanya obsesimu semata!"

Sean menggelengkan kepalanya, membuat Anzalia semakin geram. "Semua foto itu sudah menunjukkan jika kamu hanya terobsesi padaku, Sean. Mengapa kamu selalu mengelak kebenaran yang sudah jelas?!" Jelas Anzalia menggebu-gebu.

Pria yang masih memakai jas hitamnya itu menggenggam kedua tangan Anzalia yang berada dipangkuan sang gadis.

"Percayalah padaku, hm?"

Anzalia mengalihkan pandangannya ke samping sejenak. "Aku mohon, bakar semua foto itu Sean. Dan seharusnya kamu tidak boleh melihat bagian tubuhku yang selalu aku tutupi ini. Karena kamu...bukan siapa-siapaku, Sean."

Ia tidak bisa membayangkan bagaimana Sean melihat sebagian tubuhnya yang selalu tertutup itu. Pasalnya, kebiasaan  Anzalia saat berada di Rusia, ia tidur hanya memakai pakaian yang sangat pendek.

"Apa maksudmu, Anzalia? Aku tidak bisa membakar begitu saja foto-foto itu." Balas Sean kekeh terhadap pendiriannya. Mau sekuat apapun Anzalia menyuruh membakar foto tentang gadis-nya, Sean tidak akan goyah hanya karena perintah Anzalia sendiri.

"Kalau yang kamu takutkan, aku bisa berbuat lebih terhadapmu hanya karena foto-foto itu, kamu salah, Anzalia. Aku tidak akan sampai berbuat seperti itu."

"Sean! Sadarlah betapa pentingnya aku menjaga tubuhku agar tidak terlihat oleh siapapun."

Anzalia tidak tahu jalan pikiran Sean. Mungkin itu mudah bagi Pria itu, tetapi tidak bagi Anzalia. Sean sangat keras kepala dan tidak mudah untuk membujuk Pria itu. Maka Anzalia sendiri yang akan membakar semua foto tersebut jika Sean tetap tidak mau membakarnya sendiri.

"Anzalia, sekali aku bilang tidak ya tidak." Mata hazel Sean berkilat tajam, ekspresinya mengeras dengan tangan yang semakin kuat menggenggam Anzalia.

Gadis itu menatap tak kalah tajam. "Oke! Biar aku saja yang membuang semua foto itu."

A Sean ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang