ASO-PART 23

3K 97 0
                                    

Aditya tidak tahu harus berkata seperti apa pada keluarga Niko. Kecelakaan kemarin membuatnya merasa sangat bersalah pada mendiang Niko dan juga adiknya.

Tentu Aditya tahu siapa dalang dibalik kecelakaan yang mengakibatkan Niko meninggal di tempat dengan kondisi yang mengenaskan. Dan juga hilangnya Anzalia yang sudah pasti dibawa pergi oleh orang yang menyebabkan kecelakaan tersebut. 

Beberapa kali Pria itu juga menghubungi seseorang yang membawa adiknya namun, hasilnya nihil. 

Tetapi setidaknya dalam hati kecilnya, ia merasa tenang saat adiknya berada dengan orang yang ia kenal. Selagi mencoba untuk terus menghubungi seseorang tersebut, Aditya bertanggung jawab penuh atas pemakaman Niko.

Sementara itu, Anzalia yang masih tidak sadarkan diri itu terbaring diatas kasur yang dahulu ditempatinya. Beberapa alat medis terpasang ditubuhnya yang lemah itu. 

Seorang Pria yang duduk tak jauh dari tempat Anzalia berbaring menatap lurus pada gadis-nya. Sejak sang gadis dibawa ke kamar, mata hazelnya tak berpaling sedikitpun. 

Tak lama senyuman miring tercetak jelas dibibir Sean. "I got you, baby."

Langkahnya yang panjang mendekati sang gadis, tubuhnya merunduk lebih dekat pada Anzalia. Jari-jarinya menari indah di permukaan wajah Anzalia yang terdapat beberapa luka kecil.

Sean bahagia bisa melihat gadis-nya lagi setelah sekian lama. Perasaan membuncah itu tidak dapat Sean tutupi lagi. Ia seperti orang gila yang tertawa sendiri melihat Anzalia dihadapannya.

Ya, Sean memang gila dan itu semua karena Anzalia, gadis-nya.

Pria itu memang aneh, tertawa disaat Anzalia sedang dalam keadaan yang bisa dibilang tidak baik. Sekretaris Sean pun tidak lagi terkejut akan sikap sang Tuan, ia sudah hafal sikap dan sifat dari yang baik hingga buruk Tuan nya.

Pria berwajah kaku itu membungkuk hormat lalu pergi dari kamar sang Tuan. Tanpa diminta pun Sekretaris nya itu sudah tahu bahwa sang Tuan membutuhkan waktu bersama pujaan hatinya.

"I miss you so bad." 

Kemudian, bibir tebal milik Sean secara lembut mengecup bagian wajah manis Anzalia. Dari mulai kening, hidung, dan yang terakhir bibir pucat Anzalia yang sangat menggoda bagi Pria gila itu.

Sean melumat lembut bibir Anzalia sebelum melepasnya dengan tidak rela. Ia harus menahan hingga gadis-nya membuka mata dan kembali lagi seperti dulu.

Walaupun itu sangat mustahil mengingat setelah sekian lama nya Sean tidak melihat Anzalia, membuat hasratnya membumbung tinggi. 

"Lekaslah bangun, baby. Aku menunggumu."

Entah sudah berapa lama Sean berada satu kamar dengan sang gadis hingga Pria itu lupa jika masih memiliki urusan penting lainnya. Bersama Anzalia membuatnya lupa akan semua hal.

Sean tersenyum kecil sebelum benar-benar meninggalkan Anzalia sendiri di kamar besarnya itu.

Setitik air mata jatuh dari salah satu sudut mata Anzalia yang masih tertutup. Namun, beberapa saat kemudian kelopak mata Anzalia terbuka perlahan. Cahaya lampu langsung menusuk retina mata Anzalia, membuat gadis itu mengerjab beberapa kali.

Seluruh tubuhnya terasa lemas ketika digerakkan terlebih lagi terdapat sebuah gips yang membalut salah satu tangannya. Satu tangannya yang tidak sakit meraba kepalanya yang terasa berbeda.

"Oh tidak." gumam pelan Anzalia saat mendapati tidak ada sehelai kain pun yang menutupi rambutnya.

Gadis yang memakai pakaian pasien itu berusaha untuk bangun, mata cokelatnya menjelajah seisi kamar. Mencari sebuah kain yang bisa menutupi kepalanya.

Namun sayangnya tidak ada kain yang bisa menutupi, hanya selimutlah yang menjadi pilihan terakhir Anzalia.

"Apa yang kamu lakukan, baby?"

Terlalu sibuk dengan selimutnya, Anzalia sampai tidak mendengar pintu terbuka. Terlihat Sean yang melangkah mendekati ranjang dengan wajah bingung.

Sungguh. Anzalia belum siap untuk melihat Sean saat ini. Hatinya masih terombang-ambing oleh kebingungan nya sendiri.

Jantungnya berdetak kencang, keringat dingin mengalir membasahi pelipis Anzalia. Gadis itu tidak tahu harus bereaksi seperti apa melihat Pria gila didepannya ini.

Sean memakaikan selimut baru yang ia ambil saat Anzalia melamun. Setelah terpasang rapi menutup sebatas dada hingga kaki gadis-nya, Sean lalu duduk menghadap sang gadis.

"Selamat datang kembali." suara berat Sean menyadarkan Anzalia dari lamunannya.

"Kenapa aku bisa ada disini?"

Sean tersenyum miring, sebelum menjawab. "Karena aku yang menyelamatkanmu."

Anzalia menggeleng samar. Ia tidak bisa percaya begitu saja perkataan Sean yang menurutnya tidak bisa dimengerti oleh dirinya sendiri.

Kenapa bisa disaat yang sangat pas Sean datang untuk menyelamatkannya? Apakah semua kebetulan atau memang ulah Pria gila ini?

"Jangan mengerutkan dahimu seperti itu, baby. Itu akan membuat dahimu lama sembuhnya." Jari Sean kembali membelai lembut kerutan yang berada di dahi Anzalia.

Terlihat jelas bahwa Anzalia tidak mempercayai perkataan Sean. Tentu saja. Pria gila ini memang sangat suka berbohong padanya.

Tetapi dengan bodohnya, Anzalia terkadang percaya saja dengan bualan yang dibuat oleh Sean. Hah! Menyebalkan memang.

"Kembalikan aku."

Sebelah alis Sean terangkat, tidak mengerti mengapa gadis-nya bisa berkata seperti itu. Seolah-olah disini bukanlah rumahnya.

"Kembalikan aku dan pulangkan aku kerumahku." sambung Anzalia saat mendapati Sean hanya diam tanpa memberinya jawaban.

Tidak mungkin bukan jika Sean tidak mengerti perkataannya barusan. Padahal sudah jelas sekali jika dirinya ingin segera pulang, pulang kerumah nya sendiri dan tinggal bersama sang kakak dan juga ayahnya.

"Maksudmu apa? Ini adalah rumahmu, rumah kita. Dimana lagi kamu bisa pulang selain disini?"

Gelengan samar yang diberikan oleh gadis-nya, membuat Sean mengeraskan rahangnya. Sean sedikit tidak terima akan perkataan yang keluar dari mulut Anzalia.

"Inikah balasanmu kepadaku, Anzalia? Setelah aku menyelamatkanmu dan memberikan pengobatan? Dan kamu masih mau meninggalkanku, lagi?!" nada bicara Sean sudah mulai berubah.

Gadis itu memalingkan wajahnya, tidak sanggup melihat raut wajah Sean yang terlihat menyeramkan. Kenapa Pria gila itu mudah sekali marah?!

Lagi, Anzalia dilanda kebingungan. Entah keputusan seperti apa yang akan ia ambil kali ini, dirinya pun juga belum tahu. Andai saja tidak terjadi kecelakaan, maka jika Sean meminta untuk kembali Anzalia akan menerima Pria itu lagi.

Namun rencana tidak sesuai dengan realitanya. Anzalia masih harus mengurus beberapa hal tentang kecelakaan kemarin.

Mungkin setelah mengurus kejadian kemarin, Anzalia akan kembali pada Sean?

Anzalia pun ragu dengan dirinya sendiri.

"Kumohon, biarkan aku pergi."

"Tidak baby. Sebaiknya kamu istirahat lagi, tenagamu belum sepenuhnya pulih. Aku akan kembali lagi, segera." Sean berpura-pura tidak mendengar keinginan dari gadis-nya, lantas Pria itu pergi keluar kamar setelah mengusap puncak kepala Anzalia yang masih terbalut selimut.

 Langkah kakinya berhenti, Sean menoleh kembali pada Anzalia yang memasang wajah sebalnya. Sebelum benar-benar pergi dari kamarnya ia berkata, "Oh iya, jangan mengumpatiku oke?"

"Fuck you!" ucap Anzalia tanpa suara.

Anzalia meninju selimut yang menyelimuti tubuhnya. Ia sangat kesal. Tetapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa dalam keadaan yang seperti ini.

•°••°••°•

To be continue.

vote nya please...

See you di part berikutnya ♡♡♡

A Sean ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang