Sean terlihat sibuk mengetik sesuatu diatas keyboard laptop nya. Pandangan Pria itu sangat fokus dan terlihat serius.
"Sean?" Kepala Anzalia menyembul dibalik pintu kamar Sean.
Gadis itu maju beberapa langkah hingga sampai di depan Sean. Tetapi Pria itu hanya bergumam dan masih fokus pada laptop nya.
Mata cokelat Anzalia memperhatikan bagaimana jari-jari Sean dengan cepat menari di atas keyboard. Mengetik satu sampai beberapa kata menjadi sebuah rentetan kalimat yang tidak ia mengerti.
"Ada apa?"
Anzalia tersenyum kikuk lalu mendaratkan tubuhnya duduk di samping Sean. "Tidak ada. Tumben kamu pulang cepat?"
"Kamu suka aku bekerja hingga larut malam?"
"Apa aku mengganggumu?"
"Jawab pertanyaanku lebih dulu."
Memutar bola mata nya kesal, Anzalia sedikit merapatkan duduknya dan berkata. "Aku tidak mau berdebat denganmu. Aku pikir sudah cukup kita mengalami masa itu. Mari kita perbaiki semuanya."
"Kamu tidak takut berdekatan denganku? Aku bisa melakukan sesuatu padamu, baby."
"Tidak. Lagipula aku tidak membantah mu atau apapun itu."
Sean tersenyum miring, ia tahu gadis-nya sebenarnya takut akan kegilaannya. Jangan salahkah Sean jika terjadi sesuatu beberapa waktu kedepan.
"Sean aku tahu kamu sibuk beberapa waktu belakangan ini. Aku tidak keberatan jika kamu bekerja sampai larut malam, tapi jangan mengabaikanku. Aku tidak bisa, rasanya seperti ada yang kosong dalam diriku."
Jari Sean berhenti, ia tahu obrolan ini akan menjadi serius. Tubuhnya menyamping, menghadap Anzalia.
"Hanya itu?"
Anzalia mengangguk ragu, "Ya, hanya itu."
"Aku sudah bilang bukan? Percaya padaku. Semua yang kulakukan itu demi kita berdua."
Jemari gadis itu mengusap pelan punggung tangan Sean dengan mata cokelat nya memandang sendu tangan tersebut. Entah apa yang merasuki dirinya seperti ini, Anzalia tidak tahu mengapa ia bisa berdekatan dengan Sean.
Rasa takutnya hilang entah kemana.
"Apakah kita akan benar-benar menikah?"
"Ya, tentu saja."
"Sean...aku ingin malam ini kita-"
"Tidur bersama?"
Anzalia menghempaskan genggamannya, "Hei! Aku tidak meminta itu!!"
Bibir tipis itu merengut kesal, tubuhnya berencana menjauh dari Sean namun, dengan sigapnya Pria itu menahan dan semakin merapatkan tubuh mereka berdua.
"Malam ini kita apa, hm?" Anzalia bergedik ngeri melihat kilatan nakal dari mata Sean.
"Aku ingin membahas tentang kita berdua." Pria ber pakaian piama abu-abu gelap itu memiringkan kepalanya, matanya menatap penuh damba pada Anzalia.
"Sure."
"Bisakah kamu menjauh dariku? Jangan terlalu dekat seperti ini." nyatanya jantung Anzalia berdebar tidak karuan, ia ingin Pria itu sedikit bergeser posisi agar tidak mendengar detak jantung nya yang menggila.
Sebelum beringsut menjauh, Sean menyempatkan mengecup kilat bibir gadis-nya. Selalu ada kesempatan yang didapatkan Pria itu.
"Sean!" geram Anzalia.
Sang pelaku terkekeh gemas lalu berkata, "Aku tidak bisa untuk tidak mengecup bibir manis itu, baby. Jangan salahkan aku."
Mencoba menahan amarahnya, Anzalia menghela napas nya perlahan. Udara di kamar ini menusuk-nusuk wajah Anzalia.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sean Obsession
ChickLit[Sebuah cerita klasik] Obsesi seorang Sean terhadap gadis kecil 18 tahun yang lalu membuatnya menjadi pria yang mengerikan. Jamin Uinseann Herwit, pria dewasa yang tergila-gila dengan Anzalia. Gadis kecil yang sudah mengacaukan pikiran Sean. "And i'...