"Bahkan jika kamu tidak datang untuk bertemu denganku, aku akan tetap menyukaimu"
Melewati keseharian seorang diri seperti dulu lagi sangatlah menyiksa bagi seorang Sean. Tiada hari tanpa amarah baginya. Semua orang terkena imbas kemarahan Pria itu.
Penampilannya memang selalu rapi bahkan setelah sang gadis meninggalkannya. Berbeda dengan pikiran dan hatinya yang sangat berantakan.
Benaknya selalu terbayang akan tingkah laku sang gadis saat masih bersamanya dulu. Semua tingkah laku Anzalia menjadi salah satu bagian tercandu dan tak terlupakan baginya.
Sean memang membiarkan gadis-nya pergi begitu saja, sengaja memberi waktu pada Anzalia sebelum ia benar-benar mencari keberadaan gadis-nya. Sangat mudah baginya menemukan keberadaan Anzalia dalam satu kali cara.
"Biarkan dia disana terlebih dahulu." Ucap Sean setelah menyesap minuman beralkohol miliknya dengan menawan. Mata hazelnya menatap lurus pada bingkai foto yang berada di meja kerjanya.
Seorang Pria yang berdiri tegap menghadap sang atasan nya itu mengangguk patuh. "Baik Tuan."
"Lihat saja, baby. Setelah ini kamu akan membayar semua kelakuanmu selama ini. Beraninya kamu pergi dariku." desisnya rendah.
Bibirnya membentuk senyuman miring khas seorang Sean. Punggung tegap nya ia sandarkan pada kursi kebesarannya, mata hazelnya menyorot tajam pada pemandangan luar dari gedung kantornya.
Disisi lain, seorang gadis baru saja keluar dari rumah sederhana yang selama beberapa waktu ini menjadi tempat tinggalnya.
Lingkungannya hanya ada persawahan yang membentang luas dihadapan rumah tersebut. Jarak dari kota menuju rumah sangatlah jauh, butuh waktu sekitar 2 jam perjalanan.
Mulai dari tempat tinggal, handphone, kartu debit pun semuanya baru. Ia tidak mau meninggalkan jejak sedikitpun tentang dirinya.
Gadis tersebut memang sudah merencanakan semuanya.
"Segar sekali rasanya." Gumam pelan Anzalia ketika merasakan hawa dingin menerpa tubuhnya yang terbalut pakaian sedikit tebal.
Sudah dua bulan lamanya ia berada di tempat ini. Walau hatinya terasa kosong, namun ia merasa lega dan bahagia.
Aditya sudah tahu tentang keberadaannya saat ini. Anzalia pun juga melarang sang Kakak menghubunginya lewat handphone pribadi. Hanya menggunakan telepon rumah sajalah mereka berdua selama ini berbagi kabar.
Dari kejauhan, Anzalia bisa mendengar deru mobil yang sangat dikenalinya melaju ke arah rumahnya. Setelah memarkirkan mobilnya, seorang laki-laki menghampiri Anzalia yang sedang berdiri didepan rumah.
"Tumben Nik pagi banget kesininya."
Laki-laki bernama Niko tersebut menjawab, "Iya Anzalia, soalnya hari ini mau pergi ke kota."
"Ke kota?" Kedua bola mata Anzalia bergulir keatas seakan-akan memikirkan jawaban dari Niko.
"Iya, kalau begitu, saya mau urus bapak dulu." ucap Niko, kemudian ia berlalu masuk kedalam rumah.
"Oh iya silahkan."
Setelah kepergian Niko, Anzalia juga masuk kedalam kamarnya. Sebenarnya, Anzalia sangat takut jika Sean mengetahui keberadaan dirinya, mengingat Pria gila itu mempunyai segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sean Obsession
ChickLit[Sebuah cerita klasik] Obsesi seorang Sean terhadap gadis kecil 18 tahun yang lalu membuatnya menjadi pria yang mengerikan. Jamin Uinseann Herwit, pria dewasa yang tergila-gila dengan Anzalia. Gadis kecil yang sudah mengacaukan pikiran Sean. "And i'...