"Kamu tidur sini semalam?" pertanyaan itu terlontar dari mulut Anzalia saat mendapati Sean tengah bersiap untuk ke kantor.
"Aku mendapatkan semua yang kumau, baby." Sean tersenyum miring.
Aneh. Pria itu memang aneh. Setelah beberapa hari ini selalu bersikap dingin pada Anzalia, dengan mudahnya Pria itu tidur satu ranjang semalam.
Sean selalu berubah setiap saatnya.
Anzalia tidak mengerti mengapa ia sama sekali tidak sadar. Lagi-lagi pertanyaan ini selalu muncul ketika Sean tidur dengannya dalam keadaan dirinya tidak sadar.
Tunggu. Apakah selama ini memang ia tidak sadar? Sean masih menggunakan bius seperti dulu atau obat yang Pria itu berikan tadi malam adalah obat tidur?
Kalau memang salah satu dari dugaannya itu benar, maka ia tidak bisa berkata-kata lagi.
Pria itu memang gila. Sangat gila.
"Obat yang kamu berikan semalam itu obat tidur?"
"Ya."
Anzalia tertawa geram, tidak percaya pada Sean yang dengan mudahnya mengakui kejahatan nya. Berengsek!
"Se rendah itukah dirimu? Sampai menggunakan obat tidur hanya untuk tidur denganku?" nada rendah yang Anzalia tekankan berhasil mengusik ketenangan Sean.
Pria itu tidak suka saat seseorang dengan terang-terangan menghina dirinya.
"Diam." Sean menghampiri gadis-nya yang duduk dipinggiran ranjang. "Itu karena kamu yang meminta untuk tidak satu kamar lagi. Kamu tidak tahu rasanya seperti apa, Anzalia. Jadi jangan menilai ku sebelah mata." Alis Sean menukik tajam, hatinya seperti terbakar api ketika Anzalia menghinanya.
"Sean! Seharusnya kamu tahu, aku wanita. Tidur satu ranjang bersama Pria dewasa dan belum menikah itu hal yang buruk. Sangat buruk!" pekik Anzalia tertahan.
"I don't care."
"Kita sudah sepakat untuk tidur di kamar masing-masing!"
Pria itu melihat jam di pergelangan tangannya, "Aku tidak ada waktu berdebat denganmu."
Sean melenggang pergi meninggalkan Anzalia termenung sendiri didalam kamar. Ia benar-benar tidak ada waktu dan sangat sibuk akhir-akhir ini. Banyak berkas yang menumpuk untuk ditanda tangani, ditambah lagi pekerjaan baru juga semakin menggunung.
Banyak hal yang Sean lakukan dibelakang Anzalia. Gadis itu sama sekali tidak mengetahui mengapa akhir-akhir ini Sean seakan menghindari gadis-nya.
Sean mati-matian menahan dirinya untuk tidak terlalu dekat dengan gadis-nya. Dan puncaknya tadi malam saat ia benar-benar tidak bisa menahan lebih lama lagi.
Rasanya Sean akan frustasi jika tidak mengisi ulang energi nya. Ia butuh Anzalia setiap saat.
Sementara itu, Anzalia turun menuju meja makan dengan keadaan yang lebih segar setelah mandi.
Begitu gadis itu tiba, pelayan dengan sigap menata sarapan pagi yang sudah siap.
Anzalia menggumamkan terimakasih lalu memulai sarapan nya.
"Susu untuk siapa, bu?" tanya Anzalia ketika melihat Bu Sari mengambil stok susu di kulkas.
"Ah ini untuk baby Kai, Nyonya."
Anzalia mematung, ya Tuhan. Bagaimana bisa ia melupakan bayi kecil itu. Padahal ia sudah hampir sebulan tinggal disini lagi.
"Dimana sekarang, bu?"
Langkah Anzalia mengikuti Sari ke halaman belakang rumah. Kaindra terbaring di boks bayi ditemani sinar matahari yang hangat.
Betapa kasihan nya bayi mungil itu ketika Anzalia tinggal beberapa waktu lalu. Pasti Kai hanya bersama dengan bu Sari saja. Sedikit bersyukur karena Sean tidak membiarkan bayi itu keluar dari rumah ini.
"Long time no see baby Kai." Lengkungan di bibirnya mengembang membentuk senyuman lembut khas Anzalia.
Seakan mengerti kedatangan Anzalia, Kaindra mengerjab lucu dengan matanya yang berkaca-kaca. Kedua tangan gembulnya merentangkan keatas seakan meminta untuk di gendong.
Bayi kecil itu menelusupkan kepalanya semakin dalam ke leher Anzalia. "Selama ini Kai masih minum susu formula, bu?"
"Iya Nyonya, setelah konsultasi dengan dokter akhirnya baby Kai cocok meminum salah satunya."
Anzalia tersenyum haru, semakin mengeratkan gendongannya. "Jangan sungkan untuk minta sesuatu pada saya. Bagaimanapun ini anak Sean dan saya akan menerimanya."
Bu Sari mengangguk, tersenyum lembut mendengar perkataan Anzalia. Wanita paruh baya itu menyerahkan botol yang berisi susu pada Anzalia.
"Maafkan aku karena lupa denganmu, baby. Tapi mulai hari ini aku akan merawatmu kembali."
Anzalia bahkan tidak menanyakan perilaku Sean terhadap Kaindra karena pasti ia sudah bisa menebak seperti apa sikap Pria itu.
Tidak mudah bagi Anzalia menerima bayi kecil menggemaskan itu. Tapi jika tidak dirinya, siapa lagi? Ayah kandung nya sendiri saja bersikap acuh, membuat Anzalia dongkol sendiri.
Setiap melihat Kaindra, Anzalia masih terbayang-bayang tentang sebuah fakta yang belum ia ketahui sama sekali. Sean seakan menutupi rapat bagaimana Kaindra bisa terlahir di dunia ini.
Sean selalu menutup rapat mulutnya tentang masalah yang menimpa Pria itu. Seakan Anzalia tidak dibiarkan masuk lebih dalam ke lubang kehidupan Sean.
Pikiran-pikiran buruk selalu menghampirinya seiring masalah terjadi. Dan kesalnya saat Sean santai saja dengan masalah yang ada. Pria itu menganggap semua masalah akan terselesaikan dengan baik olehnya.
Anzalia meletakkan Kaindra pada boks bayi yang baru saja diambilnya dari kamar bu Sari dan meletakkannya di kamar gadis itu. Bayi itu mudah sekali tertidur, apalagi saat selesai meminum susu.
"Tidur yang nyenyak ya, baby." ucap Anzalia sambil mengusap pipi gembul Kaindra sebelum keluar dari kamar nya.
Hari sudah beranjak siang dan Anzalia bingung harus melakukan kegiatan apa setelah ini. Ia bosan jika terus-terus an berdiam diri dirumah saja.
Ingin menghubungi Aditya pun ia urungkan mengingat jika di jam-jam seperti ini pasti kakaknya itu sangat sibuk. Menghela napas, Anzalia kemudian berbalik menuju kamarnya lagi.
Seperti nya menonton film menjadi pilihannya.
Ia terbaring telungkup dan menyumpal kedua telinganya dengan earphone. Jari lentiknya mencari film yang bagus untuk di tonton saat siang hari ini.
Setelah menemukan film yang diinginkan Anzalia, ia mulai fokus menonton dan sesekali tertawa kecil. Harus diingat jika Kaindra sedang tertidur lelap, dirinya beberapa kali menahan untuk tidak tertawa berlebihan.
Anzalia menyukai film yang bergenre komedi romantis. Ia tidak suka konflik yang berat. Hidupnya saja sudah berat dan penuh rintangan, Anzalia tidak mau menambah kesedihan setelah menonton film berkonflik berat.
Gadis itu hanyut dalam tontonan nya hingga tak sadar sudah terlelap dengan posisi yang masih telungkup.
Suara dari earphone miliknya seakan menjadi penghantar tidur bagi Anzalia.
Sean sudah berada di ambang pintu kamar Anzalia sejak gadis itu tertidur. Memperhatikan gadis-nya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Tidak ada ekspresi apapun yang tergambar dalam wajah datar Sean.
•°••°••°•
To be continue.
makasii yang sudah vote dan komen
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sean Obsession
ChickLit[Sebuah cerita klasik] Obsesi seorang Sean terhadap gadis kecil 18 tahun yang lalu membuatnya menjadi pria yang mengerikan. Jamin Uinseann Herwit, pria dewasa yang tergila-gila dengan Anzalia. Gadis kecil yang sudah mengacaukan pikiran Sean. "And i'...