Anzalia meregangkan tubuhnya yang terasa pegal sekali. Waktu sudah menunjukkan jam makan siang akan berakhir dalam 20 menit lagi. Terlalu fokus dengan pekerjaannya membuat Anzalia sampai lupa untuk makan dan istirahat.
Gadis itu belum terbiasa melakukan pekerjaan seperti ini, tubuhnya juga rentan, ia mudah sekali kelelahan. Baru beberapa detik matanya terpejam, suara seorang wanita mengagetkannya.
"Anzalia, anda di tunggu Tuan Sean di ruangannya."
Tanpa kata Anzalia langsung bergegas menemui bos nya itu. Padahal ia ingin sekali pergi ke kantin mengisi perutnya yang kosong. Tidak pernah sekalipun Anzalia melewatkan jam makan-nya, mungkin setelah ia bekerja jam makan-nya akan berantakan.
"Ada yang bisa saya bantu pak?" Tanya Anzalia sesekali matanya melirik makanan yang tersaji di atas meja. Dan sialnya lagi semua itu makanan kesukaannya.
"Temani saya makan siang."
"Ya?"
"Duduk." Perintah Sean mutlak, matanya mengisyaratkan Anzalia duduk di sebrang dirinya.
"T-tapi pak em...saya tidak bisa-" Melihat tatapan Sean kepadanya membuatnya mau tidak mau harus duduk dan menemani Sean makan siang.
"Makan Anzalia." Dengan ragu-ragu, Anzalia memakan hidangan yang tersaji di atas meja. Pikirannya masih tidak menyangka, seorang karyawan baru sudah makan siang berdua dengan bosnya. Aneh saja rasanya.
Entah perasaan Anzalia saja atau memang benar, sedari tadi Sean terus menatapnya.
Mata hazel nya serasa belum puas melihat gadis di depannya. Ingin sekali Sean membawa Anzalia ke pelukannya, mengirup aroma khas dari gadisnya.
Apapun tentang Anzalia selalu candu bagi Sean.
Waktu 15 menit terasa lama sekali bagi Anzalia, padahal biasanya jika sudah istirahat waktu cepat sekali berlalu. Rasa-rasanya Anzalia sudah tidak tahan lagi bertahan satu ruangan bersama bosnya. Di tatap sedemikian rupa membuat bulu kuduknya merinding.
Anzalia berdehem, kemudian melirik jam tangannya. "Maaf pak, jam makan siang sudah habis. Saya harus segera kembali bekerja, terima kasih atas makanan-nya."
"Gadis-ku terlihat dewasa memakai pakaian itu. Ah rasanya aku tidak ingin berbagi dengan semua orang. Anzalia terlalu berharga."
Anzalia kembali ke ruangannya usai dari toilet. Ia memakai kacamata miliknya dan melanjutkan pekerjaannya.
•°•°•°•°•
"Kakak, Lia pulangg!!"
Baru saja kakinya melangkah menuju dapur, handphone-nya berbunyi nyaring. Terlihat Kakaknya itu yang menelpon.
"Kakak dimana?"
"Kakak lagi ketemu temen dek, nanti agak malem baru pulang, gak papa kan? Nanti gak usah masak, kakak beli sekalian."
"Oohh, yaudah hati-hati ya pulangnyaa."
Anzalia menutup telponnya begitu mendengar balasan dari Aditya.
Karena hari sudah sore, Anzalia mandi terlebih dahulu baru ia akan beres-beres kontrakan. Pukul setengah delapan malam, Anzalia baru bisa berbaring di kasur kesayangannya. Ia mendesah lega, kenikmatan yang sepanjang hari ini Anzalia dambakan.
"Hari ini rasanya aneh banget." Tak terasa kedua mata Anzalia terpejam, masih dengan posisinya yang terlentang di kasur.
Aditya pulang pukul delapan malam, melihat kondisi kontrakan sepi sudah dipastikan bahwa Anzalia tertidur. "Duduk dulu, saya permisi sebentar." Ucap Aditya mempersilahkan temannya duduk.
Tak lama kemudian, Aditya mengajak temannya makan malam. Tidak ada obrolan diantara mereka, Aditya dan temannya fokus pada makanan masing-masing. Namun entah mengapa, Aditya merasa sangat mengantuk, ia lalu pamit kepada temannya untuk ke kamar sebentar.
Sudut bibirnya tertarik membentuk seringai, pria bermata hazel itu melangkah perlahan ke arah pintu berwarna cokelat. Membuka perlahan pintu didepannya hingga nampaklah gadis yang sedang tertidur lelap.
Pergerakannya teramat hati-hati agar tidak membangunkan Anzalia. Ia pun membenarkan tidur sang gadis agar nyaman.
"I miss you and it's killing me baby." Bisiknya lembut tepat didepan wajah Anzalia. Tangannya senantiasa mengusap setiap inci wajah sang gadis.
Aroma khas dari Anzalia adalah bagian tercandu bagi Sean.
"Rupanya gadis-ku sangat kelelahan. Mengapa kamu selalu bisa membuatku gila baby. Tidak pernah se-detik pun aku tidak memikirkanmu, rasanya amat sakit saat kamu menatapku dengan raut ketakutan."
Sean berbaring di sebelah Anzalia, memeluk tubuh Anzalia dari belakang. Senyumnya semakin lebar kala merasakan kenyamanan yang Sean inginkan sejak dulu. "Rambutmu yang selalu tertutup ini sangatlah indah, tidak ada yang boleh melihat keindahan ini selain aku."
Tiada hentinya pria dewasa itu mengagumi sang gadis. Anzalia memiliki keistimewaan tersendiri baginya. Mau bagaimanapun Anzalia, Sean akan tetap menerima gadis-nya. Perempuan di luaran sana bahkan tidak ada yang seperti Anzalia.
Bahkan jika seluruh perempuan di dunia menginginkan Sean, maka dengan tegas ia menolak mentah-mentah semuanya. Anzalia adalah perempuan pertama dan terakhir yang membuatnya jatuh cinta.
"Спокойной ночи милый." Bisiknya lirih, Sean memejamkan matanya dan menyusul Anzalia tertidur.
Sean selalu mempunyai banyak cara untuk membuatnya bisa berada di dekat Anzalia. Berkat otaknya yang pintar itu, cara-cara licik pun sangat mudah ia lakukan.
Sehingga, Aditya selaku teman Sean saja bisa ia kelabuhi dengan mudah. Sean memang orang yang baik namun, kebaikannya hanya digunakan untuk Anzalia saja.
Keberuntungan memang selalu berpihak pada Sean. Semua cara yang ia lakukan selalu membuahkan hasil yang memuaskan.
•°••°••°•
To be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sean Obsession
ChickLit[Sebuah cerita klasik] Obsesi seorang Sean terhadap gadis kecil 18 tahun yang lalu membuatnya menjadi pria yang mengerikan. Jamin Uinseann Herwit, pria dewasa yang tergila-gila dengan Anzalia. Gadis kecil yang sudah mengacaukan pikiran Sean. "And i'...