Pagi harinya.
Setelah keputusannya kemarin, hari ini Liska memutuskan untuk berangkat sekolah.
Dengan di antar oleh sang sopir, Liska menatap hiruk piuk jalan dengan sorot mata malas.
Beberapa menit kemudian akhirnya mereka sampai di depan gerbang SMK Merdeka.
Liska menatap ke dalam gerbang dengan raut wajah tanpa emosi.
"Saya turun, jika sudah pulang saya akan mengabari" ucap Liska sebelum turun dari mobil.
"Baik non" balas sang sopir dengan sopan.
Ia mulai turun dan berjalan memasuki halaman sekolah dengan langkah tenang. Raut wajahnya pun tak ada ekpresi lain, selain ke tidak pedulian.
Di sepanjang koridor sekolah, ada beberapa siswa yang secara terang-terangan menatapnya mencemoh dan ke tidak sukaan. Ada juga yang tak menganggap kehadirannya ada.
Liska yang di tatap sedemikian rupa hanya menganggap angin lalu dan terus berjalan menuju ke arah kelasnya berada.
Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya dia sampai di depan pintu ruang kelasnya.
Saat kakinya melangkah masuk banyak pasang mata menatap heran ke arahnya, ada juga yang menatap tak suka ke arahnya.
"Gue kira udah keluar dari sekolah" ucap salah satu siswi sambil menatap Liska dengan malas.
"Hm, gue kira juga kek gitu, tapi ternyata salah" balas yang lainnya dengan nada suara tanpa minat.
Liska mulai duduk di bangkunya, tanpa memedulikan omongan orang lain untuk dirinya.
"Udah sih, bukan urusan kita juga" balas seseorang dengan bijaknya.
Mendengar perkataan orang tadi membuat mereka memasang raut wajah sinis dan kembali sibuk dengan urusan masing-masing.
"Perhatian sekali mereka, hingga sadar Liska tak masuk" batin Liska sambil meletakkan kepalanya di lipatan tangan.
Baru beberapa detik dia menikmati rasa tenangnya. Tapi semua ketenangan itu sirna, saat ada suara memekikkan telinga menyapa gendang telinganya.
"Liska! Ya, ampun! Akhirnya lu berangkat sekolah juga!" teriaknya dengan heboh. Dengan langkah lebar dia berlari ke arah Liska dengan penuh gaya, bagaikan adegan di dalam film.
"Ck!" decak kesal Liska sambil mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Yara dengan raut wajah tak berminat.
"Berisik lu" ucap Liska sambil menatap malas Yara.
"Akh! Akhirnya lu berangkat juga Lis! Sumpah gue kangen lihat jawaban ulangan di elu" ucap Yara dan hendak memeluk Liska tapi sudah di hentikan oleh Liska. Dia tipekal orang yang tak suka di peluk oleh sembarang orang.
"Jangan deket-deket" balas Liska sambil menatap Yara malas.
"Jahat banget lu Lis sama temen sendiri" ucap Yara dengan raut wajah melas.
Melihat Yara yang seperti itu membuat Liska jengah sendiri. Dengan raut wajah tak berminat dia menatap ke arah Yara.
"Jangan buat gue jijik" ucap Liska dengan tenangnya.
"Bener-bener jahat lu" ucap Yara dengan raut wajah pura-pura tersakiti dan memegang dadanya untuk menambah kesan tersakiti. Liska yang melihat tingkah Yara, hanya bisa menghela nafas pelan.
"Hilang Disa di gantikan oleh Yara, dan sifatnya lebih parah dari Disa" batin Liska dengan raut wajah sedikit lelah.
Tanpa memedulikan sosok Yara lagi, Liska mulai sibuk dengan ponselnya dan membalas beberapa pesan dari sang Mama.
Yara? Dia sudah duduk di bangku samping Liska, dan menyalin tugas dari hasil memalak Rangga kemarin.
Jam istirahat.
Sebagian besar siswa-siswi SMK Merdeka berbondong-bondong berlari ke arah kantin untuk mengisi tenaganya yang terkuras.
Berbeda dengan mereka, terlihat sosok Liska masih duduk tenang di tempatnya. Tak ada niatan untuk meninggalkan bangkunya. Tenaganya terasa habis dan membutuhkan waktu untuk mengisinya kembali. Sedang Yara? Dia sedang sibuk membereskan alat tulisnya.
"Ayo ke kantin" ucap Yara dan tanpa meminta persetujuan dari Liska, tangan Yara sudah menyeret tangan Liska keluar dari kelas.
Liska yang di perlakukan seperti itu hanya diam dan menatap kesal ke arah Yara.
Dengan langkah pelan, dia mengikuti langkah Yara hingga sampailah mereka di kanti sekolah.
Liska menatap ke sekelilingnya, banyak pasang mata menatap ke arah mereka dengan beragam. Terutama meja yang di duduki oleh 8 orang, mereka menatap ke arah Liska dengan raut wajah tak suka dan raut wajah takut. Di antara kedelapan orang itu ada sosok Aland di pinggir bangku.
"Ck! Merusak jam istirahat" ucap seseorang pria dengan name tag Tama.
"Cih! Buruan lu ajak pergi dia Al, sebelum buat ulah di sini" ucap yang lainnya dengan name tag Adit.
"Berisik lu pada" ucap Aland dengan nada suara tersirat kemarahan, dengan kasar dia bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah Liska berada.
Tanpa mengatakan apa pun, Aland menarik tangan Liska dengan kasar. Aland menarik Liska keluar dari area kantin.Liska yang belum siap atas tindakan Aland pun sedikit terseret. Langkah Aland begitu lebar, membuatnya sulit untuk menyeimbangkan langkahnya.
Yara menatap ke arah Aland dengan raut wajah cenggoh.
"Woy! Temen gue mau lu ajak ke mana?!" teriak Yara menggelegar di kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Novel (Sudah DiTerbitkan)
FantasyKeajaiban? Banyak orang yang tak mempercayainya sebelum merasakannya sendiri. Mungkin itu yang di rasakan oleh Fia, gadis biasa yang tak mempercayai apa itu keajaiban dan dunia lain selain dunia yang dia tepati saat ini. Hingga sesuatu yang tak mas...